Jakarta–Bank Indonesia (BI) memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) hingga akhir tahun berada pada kisaran Rp13.420. Sementara di 2018, bank sentral memperkirakan laju rupiah akan berada pada level Rp13.550 per dolar AS.
Pernyataan tersebut disampaikan Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin 11 September 2017. Menurutnya, tertekannya dalar AS hingga akhir tahun ini, sejalan dengan kondisi ekonomi AS yang belum menentu.
Perkasanya rupiah, kata dia, tak lepas dari kondisi ekonomi AS yang dianggap tidak sekuat yang diharapkan. Sehingga pada akhirnya membuat mata uang dolar AS mengalami pelemahan, dan berimbas positif terhadap mata uang di sejumlah negara berkembang termasuk juga Indonesia.
“Indeks dolar AS terus turun, bahkan yield dari surat utang pemerintah AS untuk 10 tahun sekarang hanya 2 persen. Sebagai gambaran per hari ini, surat berharga negara Indonesia untuk yield 10 tahun itu sudah di bawah 6,5 persen,” ujarnya.
Meski demikian, BI tetap bersikukuh mempertahankan proyeksi rupiah tahun ini dan tahun depan. Dirinya mengatakan, bahwa perkiraan tersebut masih sejalan dengan dimanika ekonomi global, yang dikhawatirkan akan memberikan pengaruh terhadap gerak kurs rupiah sepanjang tahun.
Kendati mata uang rupiah sudah menembus level Rp13.100, namun bank sentral tetap meyakini bahwa kisaran tersebut masih berpotensi untuk mengalami penguatan lanjutan. Apalagi, hal ini semakin ditopang dari kondisi perekonomian global yang semakin terlihat jelas arahnya.
“Rp13.100 masih undervalue. Mata uang dolar masih belum menarik, larinya ke negara berkembang,” tutup Mirza. (*)
Editor: Paulus Yoga