Jakarta – Masyarakat Indonesia perlahan mulai meninggalkan uang tunai (cash) dan mulai beralih ke metode pembayaran non-tunai (cashless). Fenomena ini disampaikan oleh perusahaan teknologi pembayaran asal Amerika Serikat (AS), Visa, mengenai tren ekosistem pembayaran di Indonesia selama 2023 lalu.
Diungkapkan Presiden Direktur Visa Indonesia, Riko Abdurrahman, sebanyak 45 persen dari 1.000 responden yang mengikuti survei dengan berbagai latar belakang wilayah dan demografi, membawa lebih sedikit uang tunai kala bepergian. Meskipun begitu, jumlah ini menyusut dari angka 52 persen pada 2022.
Di samping itu, 34 persen menyatakan kalau mereka tidak merasa ada perubahan dalam membawa jumlah uang tunai, dan sisanya mengaku lebih banyak membawa cash. Menurut Riko, faktor dari peralihan metode pembayaran menjadi cashless didasari karena alasan keamanan dan kemudahan yang ditawarkan transaksi non-tunai.
Baca juga: Studi Visa: 80 Persen Masyarakat Masih Demen Transaksi Uang Tunai
“Ada 2 alasan yang bikin masyarakat jadi cashless. Yang pertama, masalah keamanan. Yang pertama, mereka takut uang mereka dicuri, dan yang kedua, uang tunai itu banyak kumannya. Selain itu, alasan lain karena sudah ada pembayaran digital. Mereka bisa pakai pembayaran contactless,” ujar Riko pada Selasa, 19 Maret 2024.
Bahkan, pada 2023 lalu, 64 persen responden merasa yakin untuk tidak membawa uang tunai sama sekali, dan memilih bertransaksi secara cashless. Mayoritas dari responden ini didominasi oleh generasi Z (kelahiran 2001 – 2006) dengan persentase 76 persen.
“Kalau kita lihat, 76 persen dari generasi Z sudah mencoba (hidup) cashless, paling tinggi di antara generasi lain,” jelas Riko.
Lebih spesifiknya, 68 persen responden percaya bisa hidup cashless selama 2-3 hari. Persentase keberhasilan gaya hidup ini mencapai 39 persen pada tahun lalu. Ada juga 29 persen responden yang mengaku pede bisa bertransaksi non-tunai lebih dari sebulan, meskipun nyatanya, hanya 9 persen yang berhasil menerapkan gaya hidup seperti ini.
Cashless Society
Dengan tingginya jumlah masyarakat yang memakai metode pembayaran non-tunai, sebanyak 21 persen responden survei Visa yang merasa kalau Indonesia sudah sepenuhnya menjadi cashless society. Meskipun begitu, hal ini tidaklah benar, lantaran pada survei yang sama, penggunaan uang tunai di kalangan masyarakat masih mencapai angka 80 persen.
Baca juga: Jos! Transaksi QRIS Tembus Rp31,65 Triliun, Naik 149,46 Persen
Tetapi, mayoritas responden, sekitar 62 persen atau lebih dari setengah total responden merasa kalau masyarakat Indonesia mampu mencapai cashless society sekitar tahun 2023-2030. Ini yang menurut Riko masih terlihat memungkinkan, meskipun prosesnya dilakukan bertahap.
“Mungkin, sampai beberapa tahun ke depan, kita masih akan susah untuk cashless. Tapi, yang pasti akan menjadi less cash society. Dari tahun ke tahun, kita akan menjadi less cash, sampai akhirnya kita akan menjadi cashless,” paparnya.
Paling tidak, hal ini bisa terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Untuk mencapai hal itu, Riko mengatakan kalau Indonesia perlu melakukan pembenahan infrastruktur teknologi pembayaran agar masyarakat Indonesia bisa semakin dekat dengan cashless. (*) Mohammad Adrianto Sukarso