Ilustrasi Industri fintech P2P lending. (Foto: istimewa)
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa industri pinjaman daring (Pindar) per November 2024 berhasil meraih total outstanding Rp76 triliun dan telah menjangkau 142 juta peminjam (borrower) dengan total agregat pendanaan sebesar Rp1.020 triliun.
Total pencairan dana atau disbursement oleh platform Pindar per November 2024 juga meningkat mencapai Rp273 triliun dari tahun sebelumnya Rp241 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S. Djafar, mengungkapkan permintaan terhadap layanan Pindar diperkirakan terus meningkat pada 2025. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peningkatan inklusi keuangan, pergeseran perilaku konsumen, dan kebutuhan pinjaman untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Adopsi internet dan smartphone yang terus meningkat akan memungkinkan lebih banyak orang mengakses layanan Pindar, terutama di pasar negara berkembang,” kata Entjik dikutip, 6 Februari 2024.
Baca juga: 21 Perusahaan Pindar Miliki Tingkat ‘Galbay’ Tinggi, Ketua AFPI Bilang Begini
Apalagi, dengan adanya kebutuhan pendanaan yang besar dari masyarakat ditambah dengan keterbatasan kemampuan pembiayaan dari lembaga jasa keuangan konvensional, maka platform Pindar bisa mengambil kesempatan tersebut.
Berdasarkan riset EY MSME Market Study and Policy Advocacy, total kebutuhan pembiayaan UMKM pada 2026 diproyeksikan mencapai Rp4.300 triliun, sedangkan kemampuan supply kredit hanya Rp1.900 triliun, sehingga, akan ada credit gap Rp2.400 triliun dari lembaga jasa keuangan konvensional.
Oleh karena itu, industri Pindar akan terus memperkuat kemitraan dengan perbankan terutama dalam hal pinjaman mikro dan layanan keuangan digital, yang mana perbankan telah menjadi mitra Pindar sebagai lender institusi.
“Kami terus melakukan pendekatan dan meyakinkan bahwa pindar dan perbankan bukan lagi kompetitor. Market kita berbeda, sehingga yang bisa kita lakukan adalah channeling dan partnership,” imbuhnya.
Adapun, Pindar juga masih akan mengalami beberapa tantangan. Salah satunya dari sisi banyaknya pemain baru yang akan memasuki pasar, baik dari sektor financial technology sendiri maupun perbankan.
Sementara, Ketua Bidang Humas, AFPI Kuseryansyah mengungkapkan, faktor ekonomi global dan domestik, seperti tingkat suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, akan memengaruhi masa depan Pindar.
Baca juga: OJK Buka-bukaan Soal Perkembangan Kasus TaniFund dan Investree
Platform Pindar yang lebih bergantung pada pinjaman atau fasilitas kredit dari lembaga keuangan akan mendapatkan biaya dana yang lebih murah, sehingga mereka dapat menawarkan bunga pinjaman yang lebih kompetitif kepada konsumen.
“Sementara, dari sisi ekonomi makro, ketika suku bunga lebih rendah, biaya pinjaman menjadi lebih terjangkau bagi konsumen dan bisnis. Ini mendorong permintaan untuk pinjaman, baik di sektor multiguna maupun produktif,” ujar Kuseryansyah. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More