Jakarta – Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) memastikan kondisi Bank BUMN dalam keadaan kondusif dan stabil, meski belakangan ini ada sentimen negatif global yang disebabkan oleh rencana kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Ketua Himbara, Maryono menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih jauh dari krisis, karena pertumbuhan ekonomi yang terus stabil dan kinerja perbankan yang juga naik signifikan. “Di dalam negeri fundamental ekonomi kita kuat, permintaan kredit terus meningkat,” ujarnya di Jakarta, Senin, 7 Mei 2018.
Menurut Maryono, penurunan harga saham khususnya di sektor perbankan yang sempat terjadi pada akhir pekan lalu lebih disebabkan karena faktor global. “Faktor ini yang membuat investor asing banyak menjual portofolio sahamnya di Indonesia terutama yang sudah memiliki untung banyak. Nah saham-saham yang sudah memiliki untung banyak adalah perbankan,” ucapnya.
Maryono yang juga Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencontohkan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sempat terkoreksi dikarenakan telah mengalami kenaikan lebih dari 100 persen dalam kurun satu tahun. Sehingga tidak heran jika pelaku pasar banyak melepas saham BTN, karena sudah meperoleh keuntungan (capital gain) yang tinggi.
Baca juga: Siapa Bilang Bank aman Jika Rupiah Melorot Menjadi Rp20.000/1US$
“Kondisi ini hanya sementara, contohnya hari ini Senin (7/5) rebound, saham BBTN naik 240 poin (9,06 persen) ke level 2.890, tertinggi dibandingkan Bank BUMN lainnya,” ungkap Maryono.
Sementara itu, mengenai adanya data yang beredar bahwa Bank BUMN mengalami kerugian, Maryono enggan memberikan komentar, namun dirinya memastikan hal tersebut tidak benar. Pasalnya, kinerja keuangan Bank BUMN pada triwulan I 2018 sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan dan berada dalam kondisi sangat sehat.
“Membaca laporan keuangannya keliru, jadi tidak benar Bank BUMN mengalami kerugian,” tutupnya. (*)