Ada Kasus Keracunan, BGN Tutup Sementara Dapur MBG Kota Soe 1

Ada Kasus Keracunan, BGN Tutup Sementara Dapur MBG Kota Soe 1

Poin Penting

  • BGN menutup sementara dapur MBG Kota Soe 1 usai 384 penerima manfaat mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu soto ayam suwir
  • Insiden diduga akibat kesalahan pengolahan dan penyimpanan daging ayam; investigasi menemukan bahan beku sempat dibiarkan pada suhu ruang sebelum dimasak
  • GN menunggu hasil lab dan merekomendasikan tracing, pelatihan ulang higiene–sanitasi, serta sertifikasi dapur untuk mencegah kejadian serupa.

Jakarta – Badan Gizi Nasional (BGN) menutup sementara operasional dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Soe 1, Kota baru, Kupang. Hal ini menyusul Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menimpa 384 penerima manfaat mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan sesak napas usai menyantap menu oto ayam suwir.

Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Karimah Muhammad mengatakan, penutupan dapur MBG tersebut hingga hasil laboratorium keluar dan rekomendasi perbaikan diterapkan.

“Kami telah mengeluarkan Nota Dinas Nomor 585/D.TWS/10/2025 tanggal 6 Oktober 2025, tentang Pemberhentian Operasional SPPG Kota Soe 1, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten TTS,” ujar Karimah, dalam keterangannya, dikutip Rabu, 8 Oktoberfest 2025.

Sebelumnya, Tim Investigasi Independen BGN mendapatkan temuan krusial dalam investigasi lapangan di Kota Soe. Investigasi lapangan digelar pasca Kejadian Luar Biasa (KLB) insiden keamanan pangan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Soe, pada hari Jumat (3/10) lalu.

Baca juga: Menu Pangsit Goreng MBG Viral, Ini Hasil Sidak BGN di Depok

Dalam insiden itu, sebanyak 384 penerima manfaat mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan sesak napas, setelah mengonsumsi menu soto ayam suwir yang dibagikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Soe 1.

“Kejadian itu diduga disebabkan oleh kesalahan dalam pengolahan dan penyimpanan bahan pangan, khususnya daging ayam, yang tidak memenuhi standar keamanan pangan,” jelasnya.

Tim Investigasi menemukan fakta bahwa pada 1 Oktober, SPPG Kota Soe 1 sempat membatalkan pengolahan bahan baku karena ada daging ayam beku yang tidak layak olah, dan bahan baku lainnya belum lengkap.

Tanggal 2 Oktober, SPPG menerima ayam beku baru dengan kondisi yang tampak baik, dari pemasok yang sama.

Setelah dibiarkan pada suhu ruang, bahan baku daging ayam beku itu lalu diolah untuk menu soto ayam suwir. Ahli gizi dan kepala SPPG hadir pukul 07.00 pagi untuk memastikan bahan siap dimasak.

Pemorsian makanan dilakukan pada pukul 6.20 pagi, 3 Oktober. Pada saat itu juga dilakukan uji organoleptik, dengan hasil baik. Makanan lalu didistribusikan ke sejumlah sekolah dan Posyandu.

Namun, sekitar pukul 13.30, laporan pertama muncul dari SD GMIT 2 Soe, bahwa beberapa siswa mengalami muntah dan pusing. Sebanyak 384 orang dilaporkan terdampak, dari 3.005 paket makanan yang dibagikan, dengan attack rate 12,81 persen.

Kasus terbanyak terjadi di SD GMIT 2 Soe dan RSUD Soe. Gejala dominan yang dilaporkan adalah mual, muntah, dan pusing, diikuti buang air besar (bab) terus-menerus, serta sesak napas.

Tim menemukan variasi attack rate antar sekolah, dengan tingkat tertinggi di TK Oenasi dan SD GMIT 2 Soe. Beberapa sekolah lain, seperti SMP Negeri 1 dan PAUD Bethania, tidak melaporkan kasus.

Menurut Karimah, perbedaan ini menunjukkan adanya kemungkinan paparan tidak merata akibat penyimpanan bahan pada suhu yang tidak tepat atau perbedaan kualitas bahan pangan.

Sebab, sebelum makanan didistribusikan, relawan di SPPG pun turut mencicipi, namun tidak mengalami gejala reaksi sebagaimana dialami oleh Sebagian penerima manfaat. “Relawan dapur yang ikut mencicipi makanan tidak mengalami gejala,” ujarnya.

Baca juga: BGN: Insiden Keamanan Pangan MBG Jadi Tantangan Serius, Dialami Juga di Negara Lain

Langkah Penanganan

Atas kejadian ini, SPPG Kota Soe 1 langsung menghentikan distribusi makanan. Seluruh pasien telah mendapat penanganan medis dan sudah dipulangkan secara bertahap sejak 4 Oktober, dalam kondisi sembuh. Kemudian, BGN menghentikan operasional SPPG Kota Soe 1 sampai hasil laboratorium keluar dan rekomendasi perbaikan diterapkan.

Tim Investigasi BGN merekomendasikan agar SPPG Kota Soe 1 melakukan tracing selama 2×24 jam untuk memastikan bahwa tidak ada kasus baru; kemudian melakukan pemantauan berkelanjutan; serta meningkatkan pengawasan terhadap pengolah makanan MBG di tingkat dapur dan lapangan.

Tim juga menganjurkan agar seluruh dapur penyedia MBG mengikuti pelatihan ulang tentang higiene dan sanitasi dapur, serta melaksanakan Sertifikasi Laik Higiene Sanitasi (SLHS) untuk memastikan fasilitas memenuhi standar keamanan pangan.

Selain itu, Tim Investigasi juga merekomendasikan agar hasil pemeriksaan laboratorium segera ditindaklanjuti untuk memastikan sumber kontaminasi dan menetapkan langkah perbaikan yang bersifat permanen.

“Seluruh pihak penyelenggara MBG diharapkan memperkuat sistem pengawasan mutu dan pelatihan keamanan pangan agar kejadian serupa tidak terulang di wilayah lain,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Netizen +62