Jakarta – Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum yang terus mengalami peningkatan, telah mendorong risiko pengetatan likuiditas yang meningkat di tengah tren kenaikan suku bunga simpanan dan membaiknya penyaluran kredit.
Menanggapi hal itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mempunyai strategi khusus yang dapat diterapkan bank untuk mengantisipasi hal tersebut. Dirinya menyebut, pengetatan likuiditas harus dapat dicermati oleh industri perbankan.
“Bank-bank lain kendalanya likuiditas ketat. Mereka walapun ada kenaikan permintaan kredit, sulit memberi pinjaman karena likuditas kurang, itu yang harus dicermati,” kata Jahja di Jakarta, Selasa 9 Oktober 2018.
Oleh karena itu, perbankan diharap dapat lebih menawarkan special rate untuk tingkat bunga yang menarik atau lebih tinggi untuk deposito. Hal tersebut dilakukan guna menarik dana nasabah.
Tak hanya itu, perbankan juga diharapkan mencermati dan lebih selektif memilih jenis-jenis proyek yang menjadi skala prioritas perusahaan untuk dibiayai.
“Misalnya saja, Kementerian Perhubungan banyak proyek untuk infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan itu semua butuh rupiah untuk financing, nggak mungkin mereka butuh dana dari luar karena terlalu banyak. Ini salah satu juga yang kita sebagai bank harus pilah-pilah kebutuhannya,” tambah Jahja.
Sebagai informasi, Posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum secara industri pada Juli 2018 mengalami peningkatan menjadi 93,11 persen dibanding LDR di bulan sebelumnya yang sebesar 92,13 persen.
LDR menjadi parameter untuk melihat ketersediaan dana (likuiditas) bank untuk memenuhi penyaluran kreditnya. Berdasarkan Peraturan No.17/11/PBI/2015, mengatur bahwa batas bawah LDR, yang kemudian berubah menjadi LFR sebesar 78 persen sedangkan batas atasnya ditetapkan sebesar 92 persen. (*)