Jakarta – Direktur Penelitian, Pengembangan, Pengaturan dan Perijinan perbankan syariah, OJK Deden Firman Hendarsyah mengungkapkan tren kepedulian sosial anak muda Indonesia meningkat.
Hal ini menjadi peluang buat industri keuangan syariah kedepan bisa semakin kuat dan tumbuh besar. Terlebih, saat ini market share industri perbankan syariah masih kecil atau 5,7%.
“Tren kedepan ada yang perlu diperhatikan, salah satunya dengan menggabungkan perbankan syariah dengan kepedulian sosial. Jika kepedulian semakin tinggi maka kedepan dapat semakin baik,” kata Deden dalam Seminar Nasional “Perilaku Pasar Keuangan Syariah di Tengah Gejala Post Islamisme”, di Hotel Shangrila Jakarta, Rabu, 26 September 2018.
Dhias Widhiyati, Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah sendiri mengakui, market share industri keuangan syariah Indonesia jauh dibanding negara-negara lain.
Padahal, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar atau sebagai mayoritas.
Melihat hal itu lanjutnya, industri harus bisa melihat peluang dan tantangan kedepan. Salah satunya yakni, bagaimana mendorong geliat industri halal dari sisi life style.
“Makanan potensinya capai Rp2.300 triliun, fasion Rp190 triliun, islamic torism Rp135 triliun, haji dan umroh Rp120 triliun, edukasi Rp40 triliun,” tambah Dhias.
Sementara tantangannya yakni industri harus bisa melakukan pengembangan digital banking.
Adanya perubahan gaya hidup anak muda atau kaum milenial, menjadi wajib buat industri syariah mengembangkan teknologi digital, salah satunya kolaborasi dengan fintech. Sehingga kedepan bisa menyajikan transaksi cepat, mudah, murah, aman dan nyaman.
Terakhir bagaimana mengembangkan literasi dan inklusi yang tergolong masih rendah. Ia mencatat literasi di keuangan syariah masih 8% dan inklusi baru 11%.
“Bandingkan dengan konvensional dimana literasi sudah 30% dan inklusi 68%,” tutupnya. (*)