Jakarta – Prajogo Pangestu, selaku pemegang saham utama PT Barito Pacific Tbk (BRPT), kembali memperbesar porsi kepemilikannya di induk usaha PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan pembangkit listrik Star Energy tersebut.
Berdasarkan laporan keterbukaan perseroan, pada periode 13 Juli 2018 hingga 14 September 2018, Prajogo Pangestu telah membeli sebanyak 39.884.100 saham dengan harga rata-rata Rp1.752 per saham, senilai Rp69.89 miliar.
Sebelumnya Prajogo juga telah melakukan pembelian saham sebanyak 17.922.700 saham berdasarkan laporan keterbukaan tanggal 10 Juli 2018.
Dengan demikian, melalui serangkaian pembelian tersebut, total kepemilikan saham Prajogo Pangestu di BRPT meningkat dari 77.00% pada Juni 2018, menjadi 77.32% pada September 2018.
Seperti diketahui, pada Juni 2018, Prajogo turut berpartisipasi pada PUT II (rights issue) dengan melaksanakan haknya dan melakukan pemesanan tambahan sebanyak 600 juta saham yang meningkatkan kepemilikannya dari 71.2% menjadi 77.0%.
Menurut Kepala Analis Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe, penambahan saham yang dilakukan Prajogo memberikan sinyal positif, bahwa kinerja bisnis Barito Pacific masih akan terus tumbuh ke depannya.
Baca juga: Pemegang Saham Utama BRPT Tambah Kepemilikan Jadi 77,10%
Sejalan dengan itu, tentunya prospek saham BRPT diperkirakan berpotensi melanjutkan kenaikannya dari posisi saat ini berkisar Rp1.700 per saham.
“Kalau ownernya nambah, setidaknya dia tahu nilai wajar perusahaannya itu berapa. Harga pasaran itu akan berapa, maka owner memutuskan beli. Jadi prospeknya masih bagus. Tinggal menunggu waktu, Barito akan berlari kencang,” kata Kiswoyo kepada wartawan saat dihubungi, Senin, 17 September 2018.
Ditambah lagi dengan masuknya Star Energy, lanjut Kiswoyo, maka semakin bagus pula untuk Barito Pacific. Seperti diketahui, bisnis Star Energy adalah pembangkit listrik Geothermal. Bisnis geothermal di Indonsia itu masih sedikit pemainnya, dan revenuenya stabil
“Begitu sudah bangun listrik Geothermal, maka listriknya tinggal jual saja. Mereka green energy, maka net profit akan stabil. Cukup bangun sekali, maka operasional terus. Tinggal maintenance mesin saja, sudah bagus untuk bisnis perusahaan,” jelas Kiswoyo.
Lalu, dia menyatakan, prospek saham BRPT masih bisa mencapai Rp3.000 per saham. Melihat porsi saham yang saat ini terus mengalami peningkatan.
Senada dengan Kiswoyo, Analis Senior dari CSA Research Institute Reza Priyambada menegaskan penambahan saham yang dilakukan Prajogo memberi tanda, bahwa akan ada rencana besar yang dilakukan pemilik Barito Pacific.
“Pastinya akan ada yang dikembangkan lagi di Barito Pacific. Makanya dia menambah kepemilikannya di perusahaan,” tegas Reza.
Reza menambahkan, Barito masih punya prospek bisnis yang bagus dan cukup matang. Apalagi perusahaan memutuskan untuk fokus pada lini bisnis energy yang memiliki prospek dan sustainability yang bagus ke depan
Pada kesempatan berbeda, baru-baru ini anak usaha BRPT di sektor perkebunan yaitu PT Royal Mandiri telah menjual 95% kepemilikannya di PT Grand Utama Mandiri dan PT Tintin Boyok Sawit Makmur senilai Rp 1,01 triliun kepada PT Green Global Lestari (bukan perusahaan terafiliasi).
Menurut Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk. Agus Salim Pangestu, penjualan tersebut bertujuan agar perseroan fokus ke bisnis inti, yakni di sektor energi dan petrokimia, yang selama ini menjadi kontributor bisnis terbesar bagi perusahaan.
“Sudah sewajarnya, pelaku pasar harus merespon penambahan saham itu. Ada harapan dan ekspektasi yang tinggi bagi Barito untuk tumbuh lebih baik. Barito sudah cukup besar dari TPIA, ditambah lagi masuk Star Energy, maka pertumbuhan bisnisnya akan lebih besar dan lebih sustainable,” pungkas Reza. (*)