Jakarta–Dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, secara terukur Bank Indonesia (BI) terus berupaya meminimalkan volatilitas nilai tukar agar tidak berlanjut kepada meningkatnya ekspektasi depresiasi Rupiah dan inflasi.
Pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa malam, 24 November 2015. Menurutnya, strategi ini memiliki dampak pada turunnya cadangan devisa sebagai first line of defence.
Dia mengungkapkan, selama sepuluh bulan terakhir, dalam upaya meminimalkan volatilitas nilai tukar, telah berdampak pada berkurangnya cadangan devisa dari USD111,8 miliar pada akhir 2014 menjadi USD100,7 miliar pada akhir Oktober 2015.
Kendati menurun, posisi cadangan devisa tersebut dianggap masih memadai dalam menjaga ketahanan eksternal, karena masih berada diatas standar Internasional. Serta dapat membiayai 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
“Ini melengkapi stance kebijakan moneter dalam berbagai langkah pengendalian stabilitas nilai tukar Rupiah yang dilakukan secara berhati-hati,” ujar Agus.
Agus menambahkan, langkah-langkah dalam pengendalian nilai tukar Rupiah, ditempuh melalui tiga pilar kebijakan, yakni pertama mengelola stabilias nilai tukar Rupiah. Kedua, memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah di pasar uang.
“Dan yang ketiga, memperkuat pengelolaan supply and demand di pasar valas,” tutupnya. (*) Rezkiana Nisaputra