Jakarta – DBS Group Research memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia disepanjang tahun ini akan berada pada level 5 persen, atau lebih rendah dari target atau proyeksi pemerintah dan Bank Indonesia (BI).
Asal tahu saja, Pemerintah dalam asumsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 mematok pertumbuhan ekonomi di 5,4 persen. Sedangkan BI sendiri memasang target pertumbuhan ekonomi pada level 5,2 persen.
Economist DBS Group Research Radhika Rao mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari pemerintah dan BI tersebut sejalan dengan adanya sejumlah risiko baik dari eksternal maupun internal.
Adanya perang dagang yang digencarkan oleh Presiden AS Trump terhadap China akan memberikan dampak negatif pada ekspor Indonesia yang mengandalkan komoditas. Hal ini dikhawatirkan akan menghambat perekonomian nasional.
Sementara dari sisi internal sendiri, suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate yang sudah naik sebanyak 100 basis points (bps) menjadi 5,25 persen juga dikhawatirkan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: Bunga Acuan Melejit, Target Pertumbuhan Ekonomi Semakin Sulit
“Kami menyesuaikan perkiraan pertumbuhan Indonesia menjadi 5 persen pada 2018, menambahkan permulaan yang perlahan menuju tahun yang mengandung risiko,” ujar Radhika dalam risetnya yang dikutip, di Jakarta, Selasa, 10 Juli 2018.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, harga komoditas yang saat ini cukup tinggi dan modal impor yang kuat, akan menekan keseimbangan eksternal, memperlebar defisit transaksi berjalan saat ini untuk kembali di atas 2 persen dari PDB.
“Kebutuhan akan kebijakan fiskal yang ketat juga dinanti,” ucapnya.
Sementara untuk kebijakan moneter sendiri, BI diproyeksi masih akan menaikkan suku bunganya lagi sebanyak 50 bps lagi ditahun ini atau menjadi 5,75 persen. Rupiah yang masih tertekan oleh dolar AS masih menjadi alasan BI untuk mengetatkan kebijakan moneternya.
“Untuk kebijakan moneter, stabilitas keuangan akan mengungguli mandat inflasi/pertumbuhan. BI dapat menaikkan suku bunga acuan dengan tambahan 50 bps di akhir 2018,” tutupnya. (*)