Jakarta – Bank Indonesia (BI) berharap, kekuatan fundamental ekonomi domestik bisa memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang belakangan mengalami depresiasi. Sentimen positif ini diyakini dapat menahap tren depresiasi rupiah.
Asal tahu saja, pada Maret 2018 secara rata-rata harian rupiah sudah melemah 1,13 persen. Menurut Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih dipengaruhi persoalan eksternal, terutama dinamikan ekonomi dan politik di AS.
“Tetapi, kalau kita melihat kekuatan domestik, masih cukup baik. Kami melihat inflasi juga masih rendah, kita masih ekspor di bulan terakhir kalau melihat trade balance kita. Beberapa hal masih menahan kuatnya rupiah,” ujar Dody di Jakarta, Jumat, 20 April 2018.
Baca juga: Intervensi Rupiah, BI Diminta Hati-Hati Gunakan Cadev
Lebih lanjut dirinya menegaskan, bahwa tekanan dari global yang cukup besar tersebut telah menekan mata uang di kawasan regional termasuk mata uang garuda. “Jadi, tetap harus dilihat kekuatan domestik ini menahan pelemahan rupiah lebih dalam,” ucap Dody.
Dody mengaku, sejauh ini BI belum mengkhawatirkan pola pelemahan rupiah. “BI tetap pada posisi berada di pasar. Kami harus stabilkan rupiah. Kami menggunakan instrumen yang sudah ada saat ini,” paparnya.
Sementara itu, kata dia, persoalan domestik yang patut dicermati ada pada persoalan risiko neraca defisit transaksi berjalan. “Tetapi, pelemahan itu didorong impor bahan baku dan barang modal. Artinya, itu konsekuensi dari ekonomi yang bergerak,” imbuhnya.
Selain itu, tambah Dody, masalah yang harus diwaspadai adalah risiko peningkataan inflasi “karena, kemungkinan harga minyak terus naik. Tetapi, rencana pemerintah tidak menaikkan BBM bersubsidi juga menjadi poin untuk menjaga daya bel,” tutupnya. (*)