Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Neraca Perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus sebesar US$1,09 miliar di Maret 2018, pasca mengalami defisit di Januari 2018 sebesar US$670 juta, dan pada Februari 2018 defisit sebesar US$120 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, surplus neraca perdagangan di Maret 2018 ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang tercatat US$14,24 miliar, atau naik mencapai 11,77 persen dibanding Februari 2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Maret 2017 naik 8,16 persen.
“Setelah defisit di Januari dan Februari, kita bisa perhatikan ini bisa lebih besar surplusnya, dan berita yang menggembirakan. Surplus US$1,09 miliar ini karena adanya surplus ekspor nonmigas,” ujarnya di Jakarta, Senin, 16 April 2018.
Baca juga: Kenaikan Eskpor RI Tak Dibarengi Penurunan Impor
Secara kumulatif, kata dia, nilai ekspor Indonesia periode Januari-Maret 2018 tercatat mencapai US$44,27 miliar atau meningkat 8,78 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$40,21 miliar atau meningkat 9,53 persen.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Maret 2018 terhadap Februari 2018 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$358,9 juta (18,58 persen), sementara penurunan terbesar terjadi pada timah sebesar US$92,5 juta (45,25 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Maret 2018 naik 4,60 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 41,48 persen, sementara ekspor hasil pertanian turun 9,32 persen.
Ekspor nonmigas Maret 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,36 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,59 miliar dan Jepang US$1,43 miliar, dengan kontribusi ketganya mencapai 37,78 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,53 miliar. (*)