Penguatan laju Rupiah masih dimungkinkan terjadi seiring masih melemahnya Dolar AS. Rezkiana Nisaputra
Jakarta–Sejalan dengan ekspektasi para pelaku pasar terhadap dovish (cara pandang) The Fed, membuat Dolar AS masih menunjukkan penurunan sehingga ikut dimanfaatkan oleh mata uang di sejumlah kawasan yang ikut mengalami peningkatan.
Pernyataan tersebut seperti disampaikan Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada dalam risetnya di Jakarta, Senin, 12 Oktober 2015. “Tak hanya sejumlah harga komoditas yang mengalami penguatan namun, Rupiah pun turut dapat memanfaatkan penguatan tersebut untuk dapat ikut menguat,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, sentimen dari dalam negeri juga turut mendukung penguatan laju Rupiah, dimana saat ini masih tingginya ekspektasi pelaku pasar terhadap realisasi paket kebijakan baik dari Bank Indonesia (BI) maupun Pemerintah. Pasalnya, pelaku pasar berharap banyak pada paket paket kebijakan yang sudah dikeluarkan tersebut.
“Pelaku pasar berharap paket kebijakan tersebut bukan hanya sekedar menjadi paket hemat yang secara tulisan di atas kertas bagus, namun juga diikuti dengan realisasi maupun implementasinya,” tukas Reza.
Sebelumnya, dirinya juga menyampaikan bahwa penguatan yang terjadi pada Rupiah dalam beberapa hari terakhir, diharapkan masih dapat berlanjut jika sentimen yang ada masih cukup mendukung. Kendati begitu, masih adanya kekhawatiran aksi ambil untung, namun jikapun itu terjadi pelemahan tidak akan terlalu dalam.
“Apalagi laju indeks US$ cenderung sedang tertekan sehingga diharapkan laju Rupiah dapat memanfaatkan kondisi tersebut sehingga tren kenaikan belum akan terpatahkan. Tetap harus dapat menyesuaikan dengan riil lapangan dan mencermati sentimen di pasar,” ucapnya.
Lebih lanjut dia menilai, penguatan laju Rupiah masih dimungkinkan terjadi seiring masih melemahnya indeks Dolar AS. Oleh sebab itu, sejauh ini laju Rupiah masih dapat memanfaatkan kondisi tersebut dengan baik, sehingga tren kenaikan Rupiah belum akan terpatahkan untuk kedepannya.
“Tetapi tetap harus dapat menyesuaikan dengan riil lapangan dan mencermati sentimen di pasar. Laju Rupiah di atas target resistance 13.779. Rp 13.650-13.475 (kurs tengah BI),” tambahnya.
Sementara untuk menguatkan laju Rupiah terhadap Dolar AS, Bank Indonesia juga telah mengimbau agar para spekulan valuta asing (valas) untuk dapat melepas Dolar AS-nya. Demikin Rupiah mampu melanjutkan tren apresiasi terhadap Dolar AS, yang pada akhir pekan kemarin ditutup pada level Rp13.521 per US$.
Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, selain didukung oleh stimulus kebijakan fiskal dan moneter dari dalam negeri, penguatan Rupiah dalam tiga hari terakhir, pasalnya disebabkan oleh sikap spekulan valas baik individu maupun korporasi yang melepas portofolio dolar AS nya.
“Banyak orang cut-loss, baik individu maupun korporasi. Kami juga membantu untuk mendorong sedikit saja. Jadi yang pada pegang Dolar sebaiknya dijual Dolarnya,” ujar Mirza.
Selain itu, penguatan laju Rupiah juga ada sedikit pengaruh dari berita Federal Reserve AS (The Fed) yang memperkirakan bahwa Fed Fund Rate (suku bunga AS) tidak akan naik pada tahun ini, tetapi pada 2016 mendatang. Dia mengatakan, dalam kurun tiga hari terakhir nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat sebesar 4,4%.
“Penguatan Rupiah bukan hanya faktor eksternal yang mendorong, tetapi memang ada faktor fundamental juga dari Indonesia. Kemarin saya tegaskan asumsi Rupiah di RAPBN 2016 sebesar Rp13.800 di tengah pelemahan kondisi makro. Untuk menembus Rp13.800, jangan ragu,” kata Mirza.
Bahkan, lanjut dia, para pelaku pasar jangan ragu kalau rupiah bisa menembus Rp13.500. Karena, laju Rupiah dianggap masih cukup kompetitif untuk mendorong ekspor manufaktur dan untuk pengendalian inflasi. (*)