Jakarta – Harga CPO berpotensi menguat dalam jangka pendek pada hari ini setelah dibuka lebih tinggi di level 2.640 ringgit per ton.
Research Staff & Market Analyst Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan, hal itu karena dipengaruhi faktor pelemahan ringgit serta pulihnya harga minyak nabati lainnya.
Kemarin, kontrak CPO bulan Oktober di Bursa Berjangka Malaysia ditutup naik 2% di level 2.626 ringgit per ton, atau mencetak kenaikan harian terbesar sejak 25 Juli.
Kenaikan harga minyak sawit mengikuti penguatan minyak kedelai di AS dan Dalian, dan beberapa aksi short covering karena pasar yang sudah jenuh jual di sesi sebelumnya.
Kontrak minyak kedelai bulan Oktober di Chicago Board of Trade juga berakhir naik 0.9%, sementara itu untuk kontrak minyak kedelai bulan Januari di Dalian Commodity Exchange ditutup lebih tinggi 1.4%.
Mata uang ringgit pada pukul 11:10 WIB terpantau di level 4.2860 per dolar AS, melemah sekitar 0.05%.
Mata uang ringgit yang lebih lemah akan membuat harga minyak sawit menjadi lebih murah untuk para pemilik mata uang lainnya.
“Secara teknikal, harga minyak sawit berpotensi bergerak dalam rentang 2.615 – 2.665 dalam jangka pendek. Untuk sisi atasnya, menembus ke atas level 2.665 berpeluang memicu kenaikan harga lebih
lanjut untuk menguji ke level resisten selanjutnya di 2.690, sementara itu untuk sisi bawahnya menembus ke bawah level 2.615 dapat membawa harga bergerak lebih rendah lagi untuk menargetkan level support selanjutnya di 2.585,” kata Faisyal di Jakarta, Rabu, 9 Aguatus 2017. (*)