Jakarta–Kementerian Perindustrian terus mendorong terciptanya wirausaha baru dari lingkungan pondok pesantren melalui program Santripreneur. Program pelatihan Santripreneur ini dimaksudkan agar para lulusan pondok pesantren nanti dapat mendukung penumbuhan industri kecil dan menengah (IKM).
“Selama ini, setiap tahunnya kami telah melaksanakan berbagai program pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya pada pengembangan IKM di lembaga pendidikan keagamaan termasuk pondok pesantren,” kata Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih ketika melakukan kunjungan kerja di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur, dalam siaran persnya, Senin, 7 Agustus 2017.
Gati menambahkan, kegiatan Santripreneur ini juga dapat berdampak pada pemerataan ekonomi daerah. “Kami yakin program ini mampu mendukung pemerataan ekonomi nasional, karena jumlah pondok pesantren di Indonesia sangat banyak,” ucapnya.
Berdasarkan data Kementerian Agama, pada tahun 2014, jumlah pondok pesantren yang ada di Indonesia sebanyak 27.290 lembaga dengan jumlah santri mencapai 3,65 juta orang.
Hingga saat ini, Ditjen IKM telah membina lima pondok pesantren di empat wilayah, yakni Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kab. Garut, Jawa Barat, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat dan Kab. Pacitan, Jawa Timur. Dengan jumlah keseluruhan peserta yang mengikuti sebanyak 105 santri untuk mendapatkan pelatihan dan peningkatan keterampilan di bidang konveksi dan kerajinan batu akik.
Gati menyampaikan, Pondok Pesantren Sunan Drajat merupakan salah satu lokasi pilot project yang dilaksanakan Kemenperin dalam menjalankan program Santripreneur pada tahun 2017. Dengan jumlah keseluruhan santri di Pondok Pesantren Sunan Drajat sebanyak 12 ribu orang (5.500 putra dan 6.500 putri) dengan tenaga pendidik 1.041 orang.
Gati juga menjelaskan, pihaknya akan mendidik dan membina sekitar 10 orang santri terpilih untuk mengikuti pelatihan dan pendampingan di bidang pengolahan ikan. Selain itu, Ditjen IKM akan memfasilitasi pemberian bantuan mesin dan peralatan yang bakal diserahkan kepada pihak pondok pesantren melalui mekanisme hibah ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lamongan.
“Kami pun sedang menjajaki kerja sama dengan Bank Indonesia wilayah Jawa Timur, yang nantinya dituangkan ke dalam Perjanjian Kerja Sama terkait skema pilot project Santripreneur tahun 2017,” ungkap Gati.
Gati menambahkan, Bank Indonesia wilayah Jawa Timur juga telah memiliki program Inkubator Bisnis Pesantren dan berkomitmen akan membentuk Baitul Mal Wattamwil (BMT).
“Kami berharap, Bank Indonesia mampu pula memberikan fasilitasi uji coba pasar dalam Islamic Sharia Economic Festival tahun 2017 yang akan dilaksanakan di Surabaya bulan November nanti,” tuturnya.
Selanjutnya, menurut Gati, pihaknya akan melakukan proses monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pilot project Santripreneur 2017. Apabila program ini berhasil, dapat diduplikasi ke pondok-pondok pesantren lainnya. (*)
Editor: Paulus Yoga