Jakarta – Bank Indonesia (BI) memberikan sinyalemen untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Hal ini sejalan dengan inflasi yang memasuki tren rendah dan terjaga di sepanjang tahun ini. Pelonggaran kebijakan moneter diyakini dapat menopang ekonomi secara berkelanjutan.
“BI melihat kondisi inflasi terjaga dan kami akan betul-betul mengamati. Kalau situasi terus menunjukkan kondisi terjaga, maka tidak tertutup kemungkinan bagi BI akan easing,” ujar Gubernur BI, Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat, 4 Agustus 2017.
Sinyal BI melakukan pelonggaran kebijakan moneter tersebut sejalan dengan upaya BI dalam merespons dan membantu terjaganya investasi dan laju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. “Namun, ini semua tergantung pada data saat Rapat Dewan Gubernur (RDG) nanti,” ucap Agus Marto.
Bank Indonesia sendiri mengagendakan RDG bulanan pada 21-22 Agustus 2017 untuk memperdalam asesmen moneter termasuk materi ekonomi regional serta menetapkan bauran kebijakan yang salah satunya menetapkan besaran suku bunga BI 7day (Reverse) Repo Rate.
Lebih lanjut Agus Marto mengungkapkan, sejauh ini BI memandang bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada tren perbaikan. “Memang untuk pencapaian di kuartal kedua sedikit bergeser ke kuartal ketiga dan keempat tahun ini,” paparnya.
Namun demikian, kata dia, BI tetap memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2017 berada pada kisaran 5-5,4 persen. Sedangkan untuk laju inflasi Juli 2017 yang sebesar 0,22 persen (month-to-month) merupakan inflasi pasca Lebaran yang terendah sejak tiga tahun terakhir.
“Kami memahami bahwa indikator ekonomi kita dalam kondisi yang baik. Dan inflasi yang rendah itu menunjukkan kondisi ekonomi kita yang baik,” ucapnya.
Selain itu, jelas dia, kondisi kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan juga masih berada pada taraf yang baik atau masih berada dibawah, serta defisit nilai transaksi berjalan maupun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga terkendali.
“Tingkat indikator ekonomi menunjukkan kondisi yang baik. Konsolidasi korporasi perbankan masih berjalan. Permintaan masyarakat memang agak lemah, tetapi diharapkan di semester kedua akan membaik,” tutupnya. (*)