Kredit Mandiri Tumbuh 11,6% di Semester I 2017

Kredit Mandiri Tumbuh 11,6% di Semester I 2017

Jakarta – PT Bank Mandiri Tbk (Mandiri) mencatat kredit sampai dengan akhir Juni 2017 sebesar Rp682,0 triliun. Jumlah tersebut meningkat 11,6% jika dibandingkan dengan perolehan diperiode sama tahun sebelumnya.

Dalam penyaluran kredit, Bank Mandiri berhasil mencatatkan kenaikan di seluruh kelompok pembiayaan. Kredit modal kerja tumbuh 5,2% menjadi Rp319,9 triliun, kredit investasi tumbuh 16,6% menjadi Rp194,4 triliun dan kredit konsumer tumbuh 20,0% menjadi Rp91,3 triliun.

“Sebagai agen perubahan, Kami juga terus menjaga konsistensi dalam mendukung program-program pemerintah baik untuk penguatan ekonomi, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Jakarta, Rabu, 19 Juli 2017.

Kartika mencontohkan, baki debet kredit infrastruktur Bank Mandiri pada Semester I 2017 mencapai Rp133,7 triliun atau tumbuh 15,0% dari periode yang sama tahun lalu.

Dari nilai tersebut, di antaranya disalurkan untuk pembiayaan jalan raya dan tol sebesar Rp8,4 triliun, transportasi sebesar Rp36,0 triliun, tenaga listrik Rp27,0 triliun, migas dan energi terbarukan sebesar Rp20,9 triliun, konstruksi sebesar Rp13,1 triliun, dan telematika sebesar Rp8,5 triliun.

Lebih lanjut, jelas Kartika, Bank Mandiri juga terus memberikan perhatian yang tinggi terhadap pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Bank Mandiri telah membukukan baki debet kredit UMKM sebesar Rp78,1 triliun, dan telah menyalurkannya kepada lebih dari 938 ribu nasabah pelaku UMKM. Sedangkan pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR), perseroan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp5,82 triliun.

Untuk menjaga tren positif tersebut, ia mengungkapkan Mandiri akan berupaya untuk memastikan kecukupan likuiditas melalui peningkatan penghimpunan dana, terutama dana murah.

Pada Semester I 2017, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Mandiri secara tahunan tumbuh 10,1% menjadi Rp760,9 triliun.

Pertumbuhan tersebut terutama didorong pertumbuhan dana murah sebesar 11,6% atau mencapai Rp490,2 triliun. Sehingga, rasio dana murah terhadap total DPK mencapai 64,43%. (*)

Related Posts

News Update

Top News