Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengakui, Credit Default Swap (CDS) Indonesia dalam tren menurun. Menurut Gubernur BI, Agus DW Martowardojo, CDS Indonesia saat ini berada di level 120 atau lebih rendah bila dibandingkan dengan akhir 2016 yang tercatat di level 240.
Menurunnya CDS Indonesia ini, kata dia, disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, Indonesia telah memperoleh peringkat investment grade dari Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s (S&P) yang telah menaikkan sovereign credit rating RI menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil.
“Yang paling utama membuat dia (CDS) turun adalah ketika S&P mengeluarkan investmen grade dan kemudian persepsi daripada investor tentang Indonesia lebih aman,” ujar Agus di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin, 10 Juli 2017.
CDS adalah kontrak swap di mana pembeli melakukan pembayaran ke penjual, dan sebagai imbalannya menerima hak untuk memperoleh pembayaran bila kredit mengalami default atau kejadian lain yang tercantum dalam credit event, misalnya kebangkrutan atau restrukturisasi.
Nilai CDS saat ini menjadi indikator fundamental yang paling dicari oleh para investor besar dan para fund manager di seluruh dunia. Nilai CDS suatu negara bisa menjadi acuan sebagai indikator forex paling akurat untuk memprediksi pergerakan mata uang negara tersebut baik dalam jangka menengah maupun panjang.
Lebih lanjut Agus menyatakan, bahwa CDS Indonesia pernah mengalami penurunan hingga ke level 114 pada dua pekan lalu. Namun naik kembali menjadi 120 yang disebabkan adanya aliran dana asing yang keluar dari Indonesia. Kendati begitu, CDS Indonesia saat ini masih berada di level terjaga.
“Sekarang naik kira-kira 120 ini adalah setengah dibandingkan awal tahun 2016 yang 240. Pernah turun ke 114 itu pada dua minggu lalu. Terus naik ke 120 karena ada flight to quality, karena ada dana keluar yang membuat nilai tukar rupiah melemah dan CDS nya naik ke 120,” ucapnya.
Di sisi lain, tambah dia, naiknya sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil (investment grade) dari S&P telah membuat beberapa indikator perekonomian nasional mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pernah menyentuh di level 5.849.
“Kita juga lihat IHSG di awal 2016 4.252, di awal 2017 menjadi 5.290, dan sekarang itu ada dikisaran 5.849. Kita juga melihat SBN tenor 10 tahun yang sebelumnya ada dikisaran 8,9 persen di 2016, sekarang ada di bawah 7 persen, ini semua yang mengkonfirmasi ekonomi kita bekerja dengan baik,” tutupnya. (*)