Bukan tidak mungkin efek keputusan The Fed dapat berisiko memicu IHSG dan rupiah mengalami pelemahan lanjutan kedepan. Dwitya Putra
Jakarta–Efek keputusan The Fed atau Federal Reserve dalam menunda kenaikan suku bunga AS belum sepenuhnya terlihat, apakah akan membawa efek positif atau negatif ke pasar modal.
Apalagi akhir pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cuma ditutup naik tipis 1,935 poin atau 0,04% ke level 4.380,320. Sementara laju bursa saham Asia dan Eropa menutup akhir pekan dengan kecenderungan berada di teritori negatif.
Keputusan The Fed tersebut menimbulkan persepsi belum cukup kuatnya perekonomian AS seiring rilis data-data ekonomi yang masih di bawah harapan meski sudah terlihat tanda-tanda mulai membaik.
Kini yang jadi pertanyaan, apakah keputusan The Fed benar-benar menimbulkan ketidakpastian baru? Karena bukan tidak mungkin hal ini berisiko akan memicu IHSG dan Rupiah mengalami pelemahan lanjutan ke depan. Hal itu juga berlaku pada mata uang negara lain yang otomatis juga akan terancam melemah terhadap Dolar AS ke depan.
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio menganggap keputusan The Fed sudah tidak ada pengaruhnya lagi ke pasar modal.
Pasalnya dampak dari ketidakpastian rencana kenaikan suku bunga AS telah terkompensansi jauh-jauh hari. Dimana Dolar sudah naik tajam, dan saham di bursa pun sudah turun sangat dalam.
“Itu namanya psicologic ressesion, maka dia (investor) kemudian mengantisipasi segala hal yang buruk. Menurut saya sudah gak ada lagi dampaknya. Investor dah beli Dolar duluan, dan udah jual saham duluan,” kata Direktur Utama BEI, Tito Sulistio di Pasific Place Jakarta, akhir pekan kemarin.
Tito optimis pasar modal akan kembali membaik disisa akhir tahun ini, mengingat Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan belanja pemerintah telah sampai 56% dan bisa terserap 94-96%. Selain itu pilkada juga diharapkan berjalan dengan mulus.
“Jadi menurut saya pasar modal akan bagus,” jelasnya.
Sementara Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam risetnya menuturkan laju IHSG kembali memperlihatkan posisi galau yang membutuhkan konfirmasi selanjutnya akan arah berikutnya.
Artinya, posisi IHSG akan rentan terjadinya pembalikan arah jika tidak didukung oleh sentimen yang ada. Terkecuali jika pelaku pasar masih mempertahankan aksi belinya sehingga dapat membuat laju IHSG dapat kembali berada di zona hijau di awal pekan.
Investor diharapkan terus memperhatikan dan mewaspadai sentimen yang ada.
“Kami masih berharap laju IHSG dapat bertahan di zona positifnya saat ini agar tidak berubah menjadi tren melemah,” kata Reza. (*)