Jakarta–Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV-2016 tercatat US$317 miliar, atau tumbuh 2 persen dalam setahunan (yoy). Berdasarkan jangka waktu asal, ULN jangka panjang tumbuh 1,1 persen (yoy), sementara ULN jangka pendek tumbuh 8,6 persen (yoy).
Seperti dikutip dari laman BI, di Jakarta, Jumat, 17 Februari 2017 yang menyebutkan, bahwa rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir triwulan IV-2016 tercatat sebesar 34 persen, atau mengalami penurunan dari triwulan III-2016 yang tercatat 36,2 persen.
Berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan tahunan ULN sektor publik meningkat, sementara pertumbuhan tahunan ULN sektor swasta terus menurun. Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN jangka panjang.
Posisi ULN berjangka panjang pada akhir triwulan IV-2016 mencapai US$274,9 miliar atau sebesar 86,7 persen dari total ULN. ULN jangka panjang tersebut tumbuh sebesar 1,1 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2016 sebesar 8,7 persen (yoy).
Sementara itu, posisi ULN berjangka pendek pada akhir triwulan IV-2016 tercatat US$42,1 miliar atau sebesar 13,3 persen dari total ULN. ULN jangka pendek ini tumbuh sebesar 8,6 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2016 yang tumbuh sebesar 4,6 persen (yoy).
Meski ULN jangka pendek meningkat, kemampuan cadangan devisa untuk menutupi kewajiban jangka pendek membaik. Hal itu tercermin pada rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa yang turun dari 37,4 persen di triwulan III-2016 menjadi 36,1 persen pada triwulan IV-2016 sejalan dengan meningkatnya posisi cadangan devisa.
Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia sebagian besar terdiri dari ULN sektor swasta. Pada akhir triwulan IV-2016, posisi ULN sektor swasta mencapai US$158,7 miliar atau sebesar 50,1 persen dari total ULN. Sementara itu, posisi ULN sektor publik tercatat USD158,3 miliar atau sebesar 49,9 persen dari total ULN.
Untuk ULN sektor swasta turun sebesar 5,6 persen (yoy) pada triwulan IV-2016, lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 2 persen (yoy). Sementara ULN sektor publik tumbuh 11 persen (yoy) pada triwulan IV-2016, lebih lambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,8 persen (yoy).
Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir triwulan IV-2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,6 persen.
Pertumbuhan ULN pada sektor keuangan, industri pengolahan, dan pertambangan menurun dibandingkan dengan triwulan III-2016. Sementara itu, pertumbuhan tahunan ULN sektor listrik, gas & air bersih melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Bank Sentral memandang perkembangan ULN pada triwulan IV-2016 tetap sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional.
Ke depan, BI akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi. (*)
Editor: Paulus Yoga