INDUSTRI pembayaran memasuki babak baru dengan hadirnya gerbang pembayaran nasional atau national payment gateway (NPG). Soft launching sudah digelar pada 21 Desember lalu, dan NPG sudah siap diimplementasikan setelah 11 tahun hanya tergambar di atas kertas. Bank Indonesia (BI) akhirnya memilih desain NPG dengan interkoneksi antar-switching, bukan melahirkan superswitch yang awalnya diwacanakan.
“Keputusan BI untuk mendesain interkoneksi antar-switching dan bukan membentuk suatu superswitch karena kami menghargai komitmen investasi yang telah diberikan oleh industri dalam mengembangkan sistem pembayaran di Indonesia,” ujar Agus D.W. Martowardojo, Gubernur BI, ketika dihubungi Infobank, bulan lalu.
Dengan interkoneksi antar-switching yang diimplementasikan pada Maret 2017, semua operator switching yang selama ini ada tidak perlu khawatir kehilangan peran, kendati terjadi kompetisi dengan irisan yang akan berubah. NPG akan melibatkan peran lembaga standar, lembaga switching, dan lembaga service, yang akan mengoneksikan pihak penerbit, acquirer, dan penyelenggara payment gateway maupun jasa sistem pembayaran.
Selama ini interkoneksi jaringan automatic teller machine (ATM) di Indonesia dioperasikan oleh tiga perusahaan switching yang mengantongi izin sebagai prinsipal. Yakni, Artajasa Pembayaran Elektronis yang mengelola jaringan ATM Bersama, Rintis Sejahtera yang mengoperasikan jaringan ATM Prima, dan Daya Network Lestari dengan jaringan ATM Alto. (Bersambung ke halaman berikutnya)