Kredit Bank Mandiri Tumbuh 13,1 Persen Jadi Rp1.452 Triliun per November 2025

Kredit Bank Mandiri Tumbuh 13,1 Persen Jadi Rp1.452 Triliun per November 2025

Poin Penting

  • Hingga November 2025, kredit Bank Mandiri (bank only) tumbuh 13,1 persen yoy menjadi Rp1.452 triliun, ditopang DPK yang naik 15,9 persen yoy menjadi Rp1.584 triliun
  • Total aset meningkat 14,6 persen yoy menjadi Rp2.120 triliun, pendapatan bunga tumbuh 9,5 persen yoy, beban bunga terus menurun, serta laba bersih bank only melonjak 28,7 persen secara bulanan
  • NPL membaik ke level 0,99 persen dengan coverage ratio sekitar 260 persen, sementara pendapatan non bunga naik 12,1 persen yoy.

Jakarta – Bank Mandiri hingga akhir November 2025 secara bank only berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit 13,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp1.452 triliun, melampaui rata-rata pertumbuhan kredit secara industri. 

Pertumbuhan ini juga ditopang peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 15,9 persen secara tahunan menjadi Rp1.584 triliun.

Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR) Bank Mandiri juga terjaga optimal pada kisaran 91 persen. Ini mencerminkan likuiditas yang sehat serta kapasitas ekspansi pembiayaan yang masih terbuka hingga akhir tahun, seiring pengelolaan struktur pendanaan yang semakin stabil.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit yang positif, total aset Bank Mandiri (bank only) per November 2025 turut naik hingga mencapai Rp2.120 triliun atau tumbuh 14,6 persen secara tahunan.

Kinerja tersebut menegaskan daya tahan model bisnis Bank Mandiri di tengah dinamika global, termasuk volatilitas pasar keuangan, normalisasi likuiditas, serta penyesuaian arah suku bunga sepanjang 2025.

Baca juga: Liburan Makin Seru, Bank Mandiri Tebar Promo FOMO Akhir Tahun hingga Rp2,5 Juta

Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini menyampaikan, konsistensi kinerja tersebut merupakan hasil dari strategi pertumbuhan yang dijalankan secara disiplin dan terukur.

“Bank Mandiri menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan penguatan fundamental. Pengalaman menghadapi berbagai siklus ekonomi menjadi landasan kami dalam memperkuat manajemen risiko, permodalan, serta kesiapan operasional,” ujar Novita dikutip, Senin, 15 Desember 2025.

Ia menegaskan, arah kebijakan bisnis tetap diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.

“Kami melihat prospek ekonomi nasional yang tetap terjaga sebagai peluang untuk mempertahankan kinerja yang solid. Target kami menjaga pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga tetap berada pada level dua digit hingga akhir 2025, dengan kualitas aset yang terus terjaga,” jelasnya.

Dari sisi pendapatan, bank berkode emiten BMRI ini konsisten mencatat kinerja yang stabil dengan tren pertumbuhan terjaga. Pendapatan bunga tumbuh 9,5 persen secara tahunan per November 2025. 

Sementara itu, tekanan beban bunga menunjukkan tren penurunan. Beban bunga November 2025 tercatat Rp3,6 triliun dan terus melandai sejak kuartal II.

Secara kuartalan atau quarter on quarter (qoq), beban bunga turun 1,7 persen hingga kuartal III 2025 dan diperkirakan berlanjut pada kuartal IV.

Menurut Novita, perkembangan ini mencerminkan kondisi likuiditas pasar yang semakin kondusif serta pengelolaan struktur pendanaan yang lebih efisien seiring meredanya kompetisi dana pihak ketiga. Bank berlogo pita emas ini juga menilai perbaikan tersebut menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan margin ke depan. 

“Perbaikan biaya pendanaan memberikan ruang bagi kami untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas. Fokus kami tetap pada kualitas pendanaan dan pengelolaan likuiditas yang prudent,” ujarnya.

Akselerasi kinerja juga tercermin pada pendapatan non bunga. Per November 2025, pendapatan non bunga tumbuh 12,1 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan capaian dua bulan sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong peningkatan transaksi digital serta optimalisasi solusi keuangan berbasis kebutuhan nasabah.

“Kontribusi transaksi digital yang bersifat recurring terus meningkat dan menjadi pendorong utama fee based income, dengan pertumbuhan sekitar 14 persen secara tahunan, terutama didukung oleh fee Livin’ by Mandiri yang tumbuh mencapai 19,8 persen yoy. Di sisi lain, solusi treasury mencatat pertumbuhan sekitar 55 persen secara tahunan yang terutama didorong oleh fee dari peningkatan aktivitas trading & client services” lanjutnya.

Dari sisi efisiensi, pengelolaan biaya yang efektif turut mendorong penurunan operating expenses (OPEX) sebesar 20,2 persen secara bulanan (month on month/mom).

Adapun rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) juga tetap terjaga pada level optimal sebesar 42,97 persen, sejalan dengan perbaikan produktivitas dalam menghasilkan laba melalui peningkatan net interest income (NII) dan fee based income (FBI).

Momentum positif juga tercermin pada kualitas aset. Rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri tercatat 0,99 persen per November 2025 dan menunjukkan perbaikan yang konsisten, didukung oleh tingkat pencadangan yang memadai dengan coverage ratio mencapai sekitar 260 persen.

Baca juga: Bank Mandiri Dukung Relaksasi bagi Debitur Terdampak Bencana Sumatra

Kualitas aset yang terjaga tersebut mendorong penurunan beban pencadangan sebesar 36 persen secara tahunan, yang secara langsung memberikan ruang bagi penguatan kinerja laba.

Sejalan dengan perbaikan fundamental tersebut, laba bersih bank only Bank Mandiri pada November 2025 tercatat mampu tumbuh 28,7 persen secara bulanan.

Kinerja ini mempertegas ketahanan profitabilitas perseroan menjelang penutupan tahun, seiring likuiditas yang terjaga dan tekanan biaya yang semakin terkendali.

Novita menegaskan bahwa fokus perseroan ke depan tetap pada keberlanjutan kinerja jangka panjang.

“Fokus Bank Mandiri tetap pada keberlanjutan kinerja jangka panjang. Dengan fundamental bisnis yang terjaga, kami optimistis dapat mempertahankan kinerja yang solid hingga akhir tahun,” pungkas Novita. (*)

Related Posts

News Update

Netizen +62