Poin Penting
- Pertumbuhan ekonomi RI diproyeksikan 5,2% pada 2026, naik dari 5,0% di 2025, meski ekspor terdampak Tarif Trump.
- Defisit fiskal 2,8% dan inflasi 2,8%, dengan Rupiah diperkirakan Rp16.800 per dolar AS.
- BI Rate diprediksi turun menjadi 4,25%, dengan dua kali pemangkasan untuk menyesuaikan tekanan ekonomi dan transaksi berjalan.
Jakarta – PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada 2026, naik dari perkiraan tahun 2025 di posisi 5,0 persen.
Meski demikian, Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta, menuturkan tahun 2026 masih akan menghadapi tantangan eksternal, yakni pemberlakuan Tarif Trump sejak September 2025.
Kondisi tersebut dikhawatirkan akan memperlambat permintaan barang dari Amerika Serikat (AS), sehingga kontribusi ekspor bersih diproyeksikan negatif.
“Tetapi hopefully domestic demand yang tahun ini memang kurang bagus kita pikir akan meng-offset perlambatan dari sisi export masuk ke fiskal,” ujar Rangga dalam Economic dan Market Outlook 2026 di Jakarta, Selasa, 9 Desember 2025.
Baca juga: IHSG Berpeluang Tembus 9.000, Mandiri Sekuritas Beberkan Faktor Pendorongnya
Adapun, dari sisi defisit fiskal diproyeksikan sebesar 2,8 persen dari PDB, sedikit lebih tinggi dari 2,7 persen dalam anggaran, mencerminkan pengeluaran yang agresif dengan kekurangan pendapatan karena target ambisius.
Inflasi rata-rata diproyeksikan mencapai 2,8 persen yoy pada 2026, naik dari 1,9 persen pada 2025, terutama karena efek dasar rendah dari diskon tarif listrik tahun ini.
Rupiah dan Defisit Transaksi Berjalan
Lalu, rupiah rata-rata diproyeksikan berada di level Rp16.800, mencerminkan depresiasi 1,8 persen dari Rp16.500 yang diperkirakan pada 2025.
Defisit transaksi berjalan diprediksi melebar menjadi 1,1 persen dari PDB, dibanding 0,3 persen pada 2025, akibat tarif Trump dan penutupan tambang Grasberg Freeport.
Baca juga: Sentimen The Fed Bisa Topang Rupiah, Ini Proyeksi Pergerakannya
Suku Bunga BI
Mandiri Sekuritas memperkirakan BI akan memangkas suku bunga atau BI Rate menjadi 4,25 persen, melalui dua pemangkasan masing-masing 25 basis poin.
Pemangkasan pertama diperkirakan pada kuartal I 2026, setelah pemotongan 25 bps di kuartal IV 2025, sehingga suku bunga riil BI akan berada di sekitar 1,8 persen, mendekati rata-rata jangka panjang 1,6 persen. (*)
Editor: Yulian Saputra










