Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, kondisi fundamental ekonomi nasional yang terus mengalami perbaikan, telah mendorong sentimen positif pada rupiah dan membuat laju rupiah menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS)
“Sentimen positif sudah ada dari kemarin, dari internal. Dibanding dengan currency (negara) yang lain, rupiah yang cukup baik menguat,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung di Jakarta, Senin, 6 Desember 2016.
Menurutnya, penguatan rupiah yang sebelumnya berada pada tren depresiasi lebih dipengaruhi oleh stabilitas seluruh indikator makroekonomi domestik yang mengalami perbaikan. “Penguatan ini karena fundamental ekonomi kita yang kuat,” ucap Juda.
Di tempat yang sama, Direktur Indef, Enny Sri Hartati menambahkan, penguatan rupiah terhadap dollar AS hingga siang ini yang mencapai 111 poin ke level Rp13.405 lebih dipengaruhi oleh aksi spekulan di pasar valas yang memanfaatkan stabilitas ekonomi dan politik nasional.
“Penguatan hari ini dipengaruhi spekulan yang memanfaatkan situasi kondusif pasca pelaksanaan sejumlah aksi demonstrasi yang berjalan damai. Marak aksi lepas dollar hari ini yang membuat rupiah menguat,” papar Enny.
Secara jangka menengah, kata dia, rupiah masih berada dalam tren depresiasi, sehingga volatilitas rupiah hari ini yang dalam kecenderungan menguat merupakan kondisi pasar yang wajar. “Penguatan hari ini yang cukup besar itu masih sejalan dengan pelemahan sejak beberapa waktu sebelumnya,” jelasnya.
Perbaikan fundamental ekonomi menjadi katalis positif utama yang dimanfaatkan para spekulan pada transaksi hari ini. “Sebelumnya para pemain di pasar valas menghimpun dollar saat ada sentimen negatif menjelang aksi demonstrasi 4 November, 25 November dan 2 Desember 2016,” tutup Enny. (*)