Agus Martowardojo Ingatkan CEO Soal Ancaman Tekanan Fiskal 2026

Agus Martowardojo Ingatkan CEO Soal Ancaman Tekanan Fiskal 2026

Poin Penting

  • Agus D.W. Martowardojo memperingatkan potensi tekanan global pada 2026, mulai dari kebijakan tarif agresif AS, ketegangan geopolitik, hingga perlambatan ekonomi dunia.
  • Tingginya utang negara maju, suku bunga global yang masih tinggi, lemahnya stabilitas keuangan global, serta meningkatnya perdagangan derivatif dan aset digital tanpa regulasi kuat
  • Beban bunga utang, volatilitas nilai tukar, dan ruang fiskal yang menyempit menjadi perhatian utama.

Jakarta – Senior Bankir sekaligus Dewan Pakar Infobank, Agus D.W. Martowardojo, mewanti-wanti kepada para pemimpin industri keuangan menjelang 2026. Tahun depan bukan sekadar penuh tantangan, tetap juga dipenuhi risiko global yang dapat menjalar cepat ke perekenomian nasional.

“Kita di tahun 2025 juga banyak tantangan. Untuk itu (ke depannya) kita tetap harus positif, kita berusaha yang terbaik, tapi kita mesti paham risiko-risiko yang ada,” ujar Agus dalam acara 100 CEO & The Next Future Leaders 2025 di Jakarta, Senin (8/12).

Baca juga: Mantan Gubernur BI Wanti-Wanti Risiko Fiskal, Pelaku Keuangan Diminta Waspada

Agus menyoroti potensi tekanan dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS). Apabila terus berlanjut dapat mengguncang banyak negara, termasuk Indonesia. Menurutnya, kebijakan tarif yang agresif akan menciptakan efek domino ke berbagai sektor perdagangan dan investasi global.

Di saat yang sama, ketegangan geopolitik yang merebak di Rusia, Gaza, hingga perselisihan antar negara di Asia Tenggara masih menjadi sumber ketidakpastian.

“Begitu banyak pertentangan. Ini risiko,” kata Agus.

Perlambatan ekonomi dunia juga dipandang sebagai ancaman nyata bagi Indonesia. Agus menjelaskan bahwa ketika permintaan global turun, ekspor, dan daya dorong ekonomi domestik akan ikut tertekan.

“Kalau pertumbuhan ekonomi dunia melemah, itu juga akan berdampak kepada Indonesia, permintaan-permintaan dunia ke Indonesia juga nanti akan menurun,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa era multilateral kini makin ditinggalkan, sementara negara-negara lebih senang mengedepankan pendekatan bilateral, kondisi yang membuat koordinasi global semakin sulit.

Risiko berikutnya muncul dari tingginya utang publik negara-negara maju, yang dipadukan dengan suku bunga global yang masih tinggi. Kombinasi ini, menurut Agus, dapat memicu tekanan langsung terhadap Indonesia, terutama karena sebagian besar utang nasional masih berbasis valuta asing.

“Kalau tingkat bunganya tinggi tentu kita harus bayar lebih besar karena hutang kita banyak dalam falas,” jelasnya.

Agus juga mengingatkan bahwa stabilitas sistem keuangan global tak lagi sekuat dulu. Banyak lembaga keuangan nonbank terlibat dalam penjualan derivatif berbasis surat utang negara berkembang maupun maju, yang menambah kerentanan pasar keuangan internasional.

Perdagangan Kripto

Ia menekankan bahwa dinamika semacam ini harus diwaspadai karena dapat menimbulkan dampak sistemik bagi Indonesia. Di sisi lain, maraknya perdagangan cryptocurrency dan aset digital, termasuk judi online, semakin memperbesar risiko baru yang belum memiliki fondasi regulasi kuat.

“Kripto belum ada perlindungan konsumen dan standar perlindungan dari cyber risk. Jadi kita perlu waspadai,” tegasnya.

Baca juga: Infobank Digital Bareng Tugu Insurance Gelar Literasi Keuangan di FEB Unpad

Namun di tengah gelombang ketidakpastian global itu, Agus menyatakan bahwa tantangan terbesar Indonesia justru berada di dalam negeri, terutama pada sektor fiskal. Beban pembayaran bunga utang yang meningkat, volatilitas nilai tukar, dan ruang fiskal yang semakin sempit menuntut kewaspadaan ekstra dari para CEO.

“Tantangan yang saya ingin sampaikan pada kesempatan ini adalah yang utama adalah tantangan di sektor fiskal,” katanya.

Meski begitu, Agus kembali menekankan pentingnya menjaga optimisme. Menurutnya, Indonesia tetap memiliki peluang untuk memperkuat fundamental ekonomi asalkan para pemimpin industri mampu membaca risiko dengan benar dan mempersiapkan strategi menghadapi kemungkinan terburuk.

“Ingat, kita tetap positif dan kita akan terus berjuang untuk Indonesia yang semakin baik,” pungkasnya (*) Alfi Salima Puteri

Related Posts

News Update

Netizen +62