Poin Penting
- OJK dan OECD memperluas kerja sama untuk memperkuat tata kelola dan inovasi keuangan digital, termasuk AI, DLT, tokenisasi, dan CBDC.
- Pasar tokenisasi global diproyeksi melesat dari 0,6 triliun menjadi 18,9 triliun dolar AS pada 2033, dengan Asia Pasifik sebagai pusat pertumbuhan.
- OJK jalankan regulatory sandbox tokenisasi untuk aset nyata, sekaligus menekankan pentingnya inovasi bertanggung jawab dan kolaborasi regional dalam membangun ekosistem keuangan digital.
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menegaskan komitmennya dalam memperkuat tata kelola dan inovasi keuangan digital melalui pengembangan kerangka tokenisasi aset yang adaptif dan inklusif.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara mengatakan, komitmen tersebut menjadi bagian dari kerja sama strategis antara OJK dan OECD melalui dialog kebijakan, kajian, hingga program pengembangan kapasitas seperti secondment pegawai OJK ke OECD dalam topik keuangan berkelanjutan.
“Kolaborasi ini kini diperluas untuk mencakup sektor keuangan digital, termasuk kecerdasan artifisial dan aset digital,” kata Mirza, dalam acara OECD Asia Roundtable on Digital Finance 2025 di Bali, dikutip Selasa, 2 Desember 2025.
Baca juga: OECD Beberkan Progres Aksesi Indonesia sebagai Calon Anggota
Pada topik diskusi hari kedua tersebut, dibahas mengenai lanskap baru keuangan digital Asia, khususnya pada pemanfaatan Distributed Ledger Technology (DLT), tokenisasi, dan mata uang digital bank sentral (CBDC).
“Perkembangan teknologi, termasuk AI dan tokenisasi, bukan lagi wacana masa depan, melainkan realitas saat ini yang membentuk kembali arsitektur pasar keuangan global,” ujarnya.
Ia menambahkan, berdasarkan data terbaru dari berbagai sumber internasional, pasar tokenisasi global diperkirakan tumbuh signifikan dari 0,6 triliun dolar AS menjadi 18,9 triliun dolar AS pada 2033. Kawasan Asia Pasifik diproyeksikan menjadi pusat pertumbuhan dengan laju tahunan lebih dari 21 persen.
Di tengah perkembangan tersebut, Asia juga tercatat sebagai wilayah dengan adopsi tertinggi terhadap layanan keuangan digital, termasuk aset kripto, stablecoin, dan decentralized finance (DeFi).
Regulatory sandbox
Di Indonesia, OJK telah mengambil langkah konkret melalui pelaksanaan regulatory sandbox terhadap model bisnis tokenisasi, dengan fokus pada tokenisasi aset nyata seperti emas, properti, dan surat berharga negara.
Beberapa model bisnis telah dinyatakan lulus sandbox pada tahun ini dan menunjukkan antusiasme pasar terhadap kepemilikan fraksional dan ambang investasi yang lebih rendah.
Baca juga: Infobank Sabet Penghargaan Sebagai Majalah Terproduktif dari OJK
Kepala Eksekutif Pengawasan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto (IAKD) Hasan Fawzi menyatakan optimisme inovasi keuangan digital dapat terus tumbuh secara inklusif, bertanggung jawab, dan tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan.
“Kita perlu terus mendorong inovasi yang bertanggung jawab yang mampu menyeimbangkan pertumbuhan dengan pelindungan konsumen, integritas pasar dan stabilitas sistem keuangan,” bebernya.
Penguatan Sinergi Regional
Sebagai penutup rangkaian kegiatan OECD Asia Roundtable on Digital Finance 2025, OJK menekankan pentingnya kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan organisasi internasional dalam membangun masa depan keuangan digital yang tangguh.
Forum ini menjadi momentum berharga untuk saling bertukar gagasan, berbagi praktik terbaik, dan memperkuat sinergi regional dalam pengembangan tokenisasi dan inovasi keuangan digital.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 40 perwakilan dari regulator di luar Indonesia, pelaku industri global dan pakar di bidang keuangan digital yang berasal dari berbagai negara.
Seluruh rangkaian acara secara resmi ditutup oleh Head of Financial Markets OECD, Fatos Koc bersama dengan Kepala Eksekutif Pengawasan IAKD OJK, Hasan Fawzi.
Melalui kerja sama yang berkelanjutan, OJK optimistis bahwa inovasi digital dapat tumbuh secara inklusif, bertanggung jawab, dan adaptif terhadap tantangan global. (*)
Editor: Yulian Saputra









