Poin Penting
- Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan ada kemungkinan pemangkasan BI Rate untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
- Keputusan akan didasarkan pada inflasi terkendali 2025–2026 (2,5±1%) dan kebutuhan akselerasi ekonomi yang masih di bawah kapasitas nasional.
- BI tetap menjaga nilai tukar rupiah menghadapi ketidakpastian global, termasuk dampak government shutdown AS dan inflasi AS.
Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan masih membuka opsi untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate ke depannya.
Perry menjelaskan keputusan tersebut nantinya akan mempertimbangkan dua hal. Pertama, dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen.
Kedua, perlunya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Pasalnya, ekonomi RI saat ini masih di bawah kapasitas nasional, sehingga suku bunga acuan perlu diturunkan agar perekonomian terakselerasi.
Baca juga: BI Pertahankan BI Rate 4,75 Persen pada November 2025, Ini Alasannya
“Oleh karena itu, mengenai arah suku bunga, penurunan suku bunga acuan ke depan, ya memang ada ruang penurunan suku bunga acuan BI lebih lanjut,” ujar Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 19 November 2025.
Belum Ada Kepastian Waktu Penurunan

Meski demikian, Bos Bank Sentral Indonesia ini belum dapat memastikan kapan penurunan suku bunga akan dilakukan. Sebab, pihaknya juga mempertimbanglan dinamika ekonomi global dan domestik ke depannya.
Perry menyebutkan, saat ini BI tengah fokus pada stabilitas nilai tukar rupiah agar ekonomi Indonesia berdaya tahan dari ketidakpastian global yang terus berlanjut akibat penutupan pemerintahan atau government shutdown AS.
“Ketidakpastian global yang terus berlanjut dari waktu tempo hari sudah membaik, karena ada perundingan kebijakan tarif sudah membaik, tapi dalam dua bulan terakhir ini meningkat kembali karena ada government shutdown yang terlama di dalam sejarah,” imbuhnya.
Baca juga: Penjelasan Bos BI soal Kehadiran Wamenkeu Thomas Djiwandono di RDG November 2025
Selain itu, inflasi AS yang belum menunjukkan penurunan membuat Federal Reserve (The Fed) memutuskan Fed Fund Rate (FFR) dipangkas lebih sedikit dari perkiraan.
“Belum juga ketidakpastian di berbagai belahan baik berdatangan dengan ekonomi maupun yang lain. Sehingga fokus kami jangka pendek stabilitas nilai tukar rupiah sambil memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan pelonggaran kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini,” ungkapnya. (*)
Editor: Yulian Saputra










