Poin Penting
- Penyumbang utama inflasi Oktober 2025 adalah komoditas telur ayam ras (4,43%) dan daging ayam ras (1,13%), dipicu lonjakan permintaan akibat program MBG.
- Kenaikan biaya produksi seperti harga DOC, live bird, dan jagung pakan turut memperkuat tekanan inflasi pada dua komoditas tersebut.
- Inflasi Oktober 2025 tercatat 0,28% (mtm) atau 2,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, meski dampak spesifik MBG terhadap inflasi belum dapat dihitung secara langsung oleh BPS.
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi pada Oktober 2025.
Hal itu disebabkan oleh adanya lonjakan permintaan terhadap dua komoditas tersebut karena pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyebutkan komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras mengalami inflasi masing-masing sebesar 4,43 persen dan 1,13 persen. keduanya merupakan komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi pada Oktober 2025.
Dia menjelaskan, pelaksanaan program MBG yang telah berlangsung selama beberapa bulan, turut mendorong lonjakan permintaan terhadap telur ayam ras dan daging ayam ras yang menjadi bagian dari menu program.
Baca juga: Breaking! Indonesia Alami Inflasi 0,28 Persen pada Oktober 2025
“Inflasi yang terjadi pada komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah adanya kenaikan permintaan telur ayam dan daging ayam ras dari SPPG yang berasal dari pasar, pengecer maupun pedagang besar. Jadi ini diduga menjadi salah satu indikasi naiknya permintaan telur dan daging ayam ras,” ujar Pudji dalam Rilis BPS, Senin, 3 November 2025.
Selain itu, Pudji mengatakan terdapat faktor lain yang memengaruhi inflasi dari komoditas telur dan daging ayam ras adalah kenaikan biaya produksi, harga ayam hidup (live bird), hingga jagung pakan.
“Tentunya ini didorong oleh karena adanya peningkatan komponen biaya produksi daging ayam ras seperti kenaikan harga DOC, dengan harga live bird, ayam hidupnya dan juga kenaikan harga jagung pakan di beberapa wilayah,” ungkapnya.
Meski begitu, Pudji menegaskan dampak langsung Program MBG terhadap inflasi komoditas tersebut tidak bisa dihitung secara spesifik oleh BPS.
“Besaran inflasi spesifik untuk program MBG tidak dihitung selama penghitungan inflasi BPS, sehingga wilayah yang mengalami inflasi karena Program MBG ini tidak bisa secara spesifik terlihat,” imbuhnya.
Baca juga: BPS: Ekspor RI Naik 8,14 Persen pada Periode Januari-September 2025
Secara keseluruhan, BPS mencatat pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen secara bulanan (mtm) atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 109,04 dari 108,74 September 2025.
Sedangkan, secara tahunan terjadi inflasi sebesar 2,86 persen yoy dan secara tahun kalender juga mengalami inflasi 2,10 persen ytd.
“Oktober 2025 mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan inflasi pada September 2025,” ujar Pudji. (*)
Editor: Galih Pratama









