Poin Penting
- Inflasi Oktober 2025 naik 0,28% (mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 109,04; secara tahunan inflasi tercatat 2,86% (yoy) dan 2,10% (ytd).
- Penyumbang utama inflasi berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (3,05%) terutama komoditas emas perhiasan yang memberi andil 0,21%.
- Sebaran inflasi nasional menunjukkan 26 provinsi alami inflasi dan 12 provinsi deflasi, dengan inflasi tertinggi di Banten (0,57%) dan deflasi terdalam di Papua Pegunungan (-0,92%).
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen secara bulanan (mtm) atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 109,04 dari 108,74 September 2025.
Sedangkan, secara tahunan terjadi inflasi sebesar 2,86 persen yoy dan secara tahun kalender juga mengalami inflasi 2,10 persen ytd.
“Oktober 2025 mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan inflasi pada September 2025,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam Rilis BPS, Senin, 3 November 2025.
Baca juga: Belajar dari Soeharto, Menkeu Purbaya Minta Kepala Daerah Kendalikan Inflasi
Komoditas Penyumbang Inflasi
Lebih lanjut, pada kelompok pengeluaran, penyumbang inflasi terbesar pada Oktober 2025 terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami inflasi 3,05 persen, dengan memberikan andil 0,21 persen terhadap inflasi.
“Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok tersebut adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen,” jelasnya.
Adapun komoditas lain yang memberikan andil inflasi adalah cabai merah dengan andil 0,06 persen. Kemudian, disusul dengan telur ayam ras dengan andil inflasi 0,04, dan daging ayam ras dengan andil 0,02 persen.
“Selain itu, terdapat komoditas yang memberikan andil deflasi pada Oktober 2025 antara lain, bawang merah dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, tomat dengan andil 0,02 dan beberapa komoditas seperti beras, kacang panjang, dan cabai hijau dengan andil masing-masing 0,01,” pungkasnya.
Secara rinci, berdasarkan komponen inflasi yang terjadi di Oktober 2025 utamanya didorong oleh komponen inti yang mengalami inflasi sebesar 0,39 persen dengan andil inflasi sebesar 0,25 persen.
“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi,” paparnya.
Selanjutnya, untuk komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,10 persen dengan andil sebesar 0,02 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen harga diatur pemerintah adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara.
Baca juga: Purbaya Sebut Inflasi 2,5 Persen Jadi Syarat BI Rate 3,5 Persen dan Bunga Kredit 7 Persen
Sementara, komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,03 persen, yang memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah cabai merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras.
Pudji menyebutkan, sebaran inflasi bulanan menurut wilayah, yakni 26 provinsi mengalami inflasi, dan 12 provinsi lainnya mengalami deflasi.
“Infasi tertinggi terjadi di Banten sebesar 0,57 persen, sementara deflasi terdalam terjadi di Papua Pegunungan sebesar 0,92 persen,” kata Pudji. (*)
Editor: Galih Pratama









