Poin Penting
- BI paparkan tiga strategi jaga ketahanan ekonomi RI: bauran kebijakan, reformasi struktural, dan penguatan kerja sama internasional.
- Forum IMF–World Bank bahas risiko global seperti proteksionisme, AI, dan reformasi lembaga keuangan multilateral.
- G20 dan IMF tegaskan komitmen pada multilateralisme, stabilitas fiskal, dan reformasi untuk pertumbuhan berkelanjutan.
Jakarta – Pertemuan Tahunan International Monetary Fund (Dana Moneter Internasional/IMF) dan Bank Dunia (World Bank) di Washington D.C., Amerika Serikat, kembali menyoroti ketahanan ekonomi global.
Dalam forum tersebut, ekonomi global menunjukkan ketahanan seiring meningkatnya semangat multilateralisme dalam menjaga stabilitas.
Pertumbuhan global tercatat lebih baik dari perkiraan, ditopang oleh kebijakan yang kredibel, peningkatan investasi dan perdagangan menjelang penyesuaian tarif, serta dampak ketidakpastian perdagangan yang lebih terbatas dari estimasi awal.
Namun demikian, prospek ke depan masih dibayangi oleh risiko proteksionisme, ketimpangan pasar kerja, meningkatnya peran institusi keuangan non-bank, dan ketidakpastian terhadap dampak kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terhadap produktivitas.
Kondisi tersebut menegaskan pentingnya respons kebijakan yang adaptif dan kolaboratif di tingkat global.
Baca juga: Bos OJK Nilai Ketahanan Ekonomi RI Terjaga Baik, Ini Buktinya
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, yang hadir dalam pertemuan tersebut, menyampaikan tiga langkah utama yang ditempuh Indonesia untuk menjaga ketahanan ekonomi dan mengendalikan inflasi.
Pertama, implementasi bauran kebijakan yang selaras antara moneter, fiskal, dan stabilitas keuangan.
Kedua, reformasi struktural untuk memperkuat pertumbuhan melalui hilirisasi sumber daya alam, digitalisasi, inklusi keuangan, dan penciptaan lapangan kerja.
Ketiga, penguatan kerja sama perdagangan dan investasi, baik di kawasan ASEAN maupun dengan mitra dagang utama seperti AS, Tiongkok, Jepang, India, dan Eropa.
“Multilateralisme jauh lebih efektif dibanding unilateralisme dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global dan mengatasi ketidakseimbangan,” ujar Perry dalam keterangan resmi, dikutip, Senin, 20 Oktober 2025.
Komitmen G20 dan Reformasi Arsitektur Keuangan
Menanggapi dinamika ekonomi global, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kerja sama multilateral dan kebijakan yang kredibel guna menjaga stabilitas ekonomi dengan mendorong kebijakan fiskal dan moneter yang berimbang, memperkuat ketahanan terhadap risiko keuangan, serta melanjutkan reformasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Secara khusus, pertemuan juga menyoroti upaya memperkuat arsitektur keuangan internasional melalui reformasi lembaga keuangan multilateral (Multilateral Development Banks/MDBs) dan penanganan kerentanan utang.
Pertemuan G20 ditutup dengan penyerahan Presidensi G20 dari Afrika Selatan kepada Amerika Serikat untuk 2026.
Dalam pertemuan IMF, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral juga menyepakati agenda kebijakan global, yang berisi langkah-langkah menjaga stabilitas dan memperkuat resiliensi pertumbuhan di tengah ketidakpastian yang masih tinggi.
Baca juga: OJK Ungkap 10 Modus Scam Keuangan Paling Merugikan, Simak Cara Cegahnya
Di samping itu, IMF merekomendasikan empat arah kebijakan utama. Pertama, setiap negara didorong untuk menerapkan pengelolaan keuangan negara jangka menengah yang lebih berhati-hati guna memperkuat ketahanan fiskal tanpa mengorbankan investasi dan belanja sosial.
Kedua, bank sentral perlu menjaga stabilitas harga dengan tetap menjaga independensi dan transparansi.
Ketiga, kebijakan di sektor keuangan perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi risiko pasar dan keterkaitan antar lembaga keuangan.
Keempat, reformasi struktural diarahkan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan melalui perbaikan iklim usaha, penguatan tata kelola, pemberantasan korupsi, penyederhanaan regulasi, pengembangan pasar modal, serta peningkatan kewirausahaan dan daya saing.
Baca juga: Airlangga Beberkan Jurus Andalan Genjot Ekonomi 8 Persen
Adapun Pertemuan IMF menghasilkan pernyataan Ketua IMFC (IMFC Chair’s Statement), yang merangkum pembahasan utama, meliputi kondisi terkini ekonomi global, arah kebijakan yang perlu ditempuh, serta perkembangan berbagai isu yang tengah menjadi perhatian IMF. (*)
Editor: Yulian Saputra










