Antisipasi Earnings Call Q3-2025, BBCA Menghijau di Tengah IHSG yang Ambles

Antisipasi Earnings Call Q3-2025, BBCA Menghijau di Tengah IHSG yang Ambles

Poin Penting

  • IHSG Anjlok 2,57 persen ke level 7.915 pada 15 Oktober 2025, dengan tekanan jual masif di hampir semua sektor, terutama teknologi (-5,25 persen) dan energi (-5,02 persen).
  • BBCA menjadi satu-satunya saham big bank yang menguat 2,74 persen ke Rp7.500 di tengah koreksi sektor finansial.
  • Fundamental BBCA solid, dengan laba bersih Rp39,06 triliun (+8,52 persen yoy), NIM terjaga berkat CASA tinggi 83,5 persen, kredit tumbuh 9,28 persen yoy, dan PBV 3,45x.

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun 2,57 persen ke level 7.915 pada penutupan perdagangan Jumat (15/10/2025). Tekanan jual masif terjadi di hampir seluruh sektor, termasuk teknologi (-5,25 persen), energi (-5,02 persen), transportasi (-4,18 persen) dan finansial (-0,89 persen).

Saham konglo, istilah yang disematkan pada saham yang dimiliki atau terafiliasi dengan konglomerat berjatuhan. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) turun 7,12 persen, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) turun 8,72 persen, dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) turun 13,88 persen.

Namun di tengah pelemahan tersebut, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) justru bertahan di zona hijau, menjadi satu-satunya saham big bank yang mencatatkan penguatan di tengah pasar yang bearish.

Sektor finansial sejatinya turut terkoreksi, dengan saham BBRI dan BMRI masing-masing turun 0,85 persen dan 0,98 persen, sementara BBNI melemah 1,3 persen. Hanya BBCA yang menutup perdagangan dengan kenaikan 2,74 persen ke Rp7.500 per saham. Tercatat volume perdagangan mencapai 1,57 juta lot dengan total nilai transaksi Rp1,17 triliun.

Baca juga: Dana Asing Kabur Rp1,48 Triliun, Saham BBRI dan BBCA Paling Banyak Dilego

Analis Trimegah Sekuritas, Jonathan Gunawan, menilai, bertahannya harga saham BBCA di tengah longsornya IHSG karena investor mengantisipasi earnings call BBCA kuartal III-2025 yang akan dilakukan pada pekan depan. Hingga kuartal II/2025 lalu, BBCA menjadi satu-satunya bank besar yang mencatatkan pertumbuhan yang positif, sementara bank lain tercatat agak melambat.

“Secara valuasi, BBCA saat ini sudah relatif terdiskon dibandingkan rata-rata historisnya. Koreksi sektor perbankan lebih karena rotasi sektor jangka pendek, bukan karena perubahan fundamental. Valuasi BBCA akan cepat rebound saat pasar stabil,” ujarnya.

Berdasarkan laporan keuangan hingga Agustus 2025, BBCA mencatatkan laba bersih bank only sebesar Rp39,06 triliun, tumbuh 8,52 persen year-on-year. Pendapatan bunga bersih meningkat 5,08 persen menjadi Rp53,12 triliun, sementara pendapatan non-bunga naik 18,9 persen menjadi Rp18,3 triliun. Dari sisi efisiensi, rasio beban terhadap pendapatan (CIR) berada di level 29,1 persen, salah satu yang terendah di industri perbankan nasional.

Di sisi intermediasi, BBCA menyalurkan kredit sebesar Rp920,87 triliun atau tumbuh 9,28 persen secara tahunan, melampaui rata-rata industri sebesar 7,3 persen. Dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp1.160 triliun dengan rasio dana murah (CASA) yang sangat dominan di 83,5 persen.

“Dengan kombinasi likuiditas ample dan CASA tinggi, margin bunga bersih (NIM) BBCA akan tetap solid meski likuiditas industri ketat,” ujar Jonathan Gunawan.

Baca juga: Hak Kekayaan Intelektual Kini Bisa Jadi Agunan Kredit, Begini Tanggapan BCA

Di sisi valuasi, saham BBCA kini diperdagangkan dengan Price to Book Value (PBV) sekitar 3,45 kali, jauh di bawah rerata historisnya di atas 4 kali. Dengan CoC hanya 0,5 persen dan ROE 25 persen, BBCA masih unggul dibanding sektor yang rata-rata hanya 18 persen.

“Harga BBCA memang premium karena bank ini mencatatkan pertumbuhan yang stabil dan prudent pada sisi aset hingga bottom line dalam 10-15 tahun terakhir,” ujarnya.

Konsensus analis Bloomberg juga menempatkan BBCA sebagai saham bank dengan potensi upside tertinggi. Dari 37 analis yang tercatat, 34 memberikan rekomendasi buy dengan target harga rata-rata Rp10.824 per saham, menandakan potensi kenaikan sekitar 46 persen dari harga saat ini. (*) DW

Related Posts

News Update

Netizen +62