Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah di Level Rp16.726 per Dolar AS

Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah di Level Rp16.726 per Dolar AS

Poin Penting

  • Rupiah melemah ke level Rp16.726 per dolar AS pada awal perdagangan Kamis (25/9/2025)
  • Kebijakan The Fed masih penuh ketidakpastian, dengan Powell menyoroti tantangan inflasi dan lapangan kerja
  • OECD merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9 persen pada 2025-2026, didukung pelonggaran moneter dan investasi publik.

Jakarta – Nilai tukar rupiah melemah pada awal perdagangan hari ini Kamis (25/9/2025). Rupiah dibuka pada level Rp16.726 per dolar Amerika Serikat (AS), atau melemah 0,25 persen dibandingkan penutupan kemarin di Rp16.684 per dolar AS.

Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim, Assuaibi mengatakan, ketegangan geopolitik semakin mendukung sentimen seputar risiko pasokan yang lebih ketat. Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa negara-negara NATO harus menembak jatuh pesawat Rusia jika mereka melanggar wilayah udara aliansi dan mengatakan Ukraina dapat merebut kembali seluruh wilayahnya dari Rusia. 

Pernyataan tersebut menandai perubahan retorika yang tajam dalam sikap Washington dan dianggap meningkatkan risiko sanksi lebih lanjut terhadap ekspor energi Rusia, yang dapat menekan pasokan global. 

“Sementara itu, sebuah laporan Bloomberg menyatakan bahwa otoritas Rusia sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor diesel oleh beberapa perusahaan menyusul serangkaian serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap fasilitas energi,” kata Ibrahim, Kamis, 25 September 2025.

Baca juga: Penempatan Rp200 Triliun ke Bank Dinilai Tekan Risiko Pelemahan Rupiah

Selain itu, Ketua The Fed Jerome Powell menekankan tantangan menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan risiko ketenagakerjaan dalam pidatonya pada Selasa.

“Ia menyoroti tidak adanya “jalur bebas risiko” saat The Fed menavigasi inflasi yang persisten dan pertumbuhan lapangan kerja yang melemah,” tambahnya.

Menyusul pernyataan Powell, Presiden Federal Reserve Bank of Chicago Austan Goolsbee menyatakan bahwa The Fed memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga jika inflasi terus menurun. Namun, ia memperingatkan agar tidak melakukan penurunan suku bunga yang agresif karena risiko inflasi yang persisten. 

“Pasar memperkirakan dua penurunan suku bunga lagi tahun ini, sejalan dengan arahan bank sentral. Powell enggan memberikan sinyal yang jelas mengenai waktu penurunan suku bunga berikutnya, membuat pasar ragu tentang arah kebijakan The Fed di masa mendatang,” pungkas Ibrahim.

Dari domestik, organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. OECD memperkirakan ekonomi mampu mencapai level 4,9 persen pada 2025 dan 2026. Proyeksi itu lebih tinggi 0,2 poin persentase dibanding laporan Juni 2025, dan untuk 2026 lebih tinggi 0,1 poin persentase.

Baca juga: JP Morgan Ramal Rupiah Menguat ke Rp16.100 per Dolar AS  di Akhir 2025

“OECD melihat, pelonggaran kebijakan moneter dan investasi publik yang kuat diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9 persen yang diproyeksikan untuk tahun 2025 dan 2026,” imbuhnya.

Berdasarkan sejumlah sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.680 hingga Rp16.730 per dolar AS hari ini.

“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp16.680 hingga Rp16.730 per dolar AS hari ini,” katanya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Netizen +62