Jakarta – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri angkat suara mengenai isu monopoli penjualan bahan bakar minyak (BBM) oleh Pertamina terhadap SPBU swasta seperti Shell dan BP AKR.
“Tidak, tidak ada sama sekali monopoli,” ujarnya, dinukil ANTARA, Jumat, 12 September 2025.
Sebagaimana diketahui, sudah beberapa hari ini, sejumlah SPBU swasta mengalami kekosongan stok BBM.
SPBU Shell misalnya, rata-rata hanya menjual Shell V-Power Diesel, sementara varian lain seperti Shell Super (RON 92), Shell V-Power (RON 95), dan Shell V-Power Nitro+ (RON 98) kosong.
Kondisi serupa juga terjadi di SPBU BP AKR. Saat ini, mereka hanya menjual BP Ultimate Diesel, sementara stok BP Ultimate (RON 95) dan BP 92 (RON 92) tidak tersedia.
Simon menjelaskan, kuota impor BBM yang diterima Pertamina maupun SPBU swasta sudah ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta BPH Migas.
“Tentunya kalau kita lihat juga, kita cek saat ini untuk yang swasta itu alokasinya juga sudah sesuai dengan permintaan. Begitu juga Pertamina,” ujarnya.
Baca juga: KPPU Selidiki Dugaan Diskriminasi Proyek Digitalisasi SPBU Pertamina
Terkait arahan pemerintah agar SPBU swasta membeli BBM dari Pertamina, Simon menyebut hal itu masih dalam tahap pembahasan. Ia memastikan, stok BBM Pertamina aman hingga akhir tahun.
“Masih dalam tahap pembicaraan dengan tim kami. Stok Pertamina tentunya masih cukup sampai akhir tahun,” ujarnya.
Respons Penyelidikan KPPU
Pernyataan Simon tersebut sekaligus merespons langkah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang tengah mendalami kelangkaan BBM nonsubsidi sejak Agustus 2025.
KPPU menekankan, penyelidikan dilakukan untuk memastikan sektor energi tidak terdistorsi oleh praktik monopoli yang merugikan masyarakat.
Baca juga: SPBU Aman di Tengah Unjuk Rasa, Bukti Kepercayaan Publik ke Pertamina
Sementara itu, Kementerian ESDM membuka opsi bagi Pertamina untuk melakukan impor tambahan guna memenuhi kebutuhan SPBU swasta, seperti Shell dan BP, yang saat ini menghadapi kekosongan stok. (*)
Editor: Yulian Saputra










