Jakarta – Di tengah masifnya perkembangan teknologi informasi, perbankan diharuskan melakukan transformasi dan digitalisasi. Sebab, digitalisasi mampu mengubah layanan industri jasa keuangan menjadi lebih cepat dan efisien, namun memberikan tantangan berupa potensi serangan siber.
Deputi Komisioner Pengawas Bank Swasta Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indarto Budiwitono menekankan pentingnya penguatan tata kelola keamanan informasi dan perlindungan konsumen bagi sektor perbankan. Hal ini menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik di era digital.
“Bank perlu mengembangkan strategi digital yang agile dan terukur, tidak hanya dalam aspek efisiensi saja, namun hal tersebut sebagai jawaban atas ekspektasi nasabah yang semakin kompleks,” ungkap Indarto, dalam acara Indonesia Digital Bank Summit (IDBS) 2025, yang digelar Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), di Jakarta, Rabu, 20 Agustus 2025.
Menurutnya, transformasi digital juga harus diimbangi dengan investasi berkelanjutan dalam keamanan siber, kapabilitas analitik data, dan integrasi teknologi cloud serta AI.
Sebab, ketahanan siber yang tidak hanya soal pertahanan sistem, melainkan juga menyangkut reputasi dan keberlangsungan bisnis bank.
Baca juga : Standarisasi Keamanan Siber Dinilai Penting untuk Lindungi Transaksi Bank Digital
”Melalui IDBS 2025 ini, diharapkan para pelaku industri dapat mencermati tantangan dan peluang di sektor perbankan untuk menyiapkan strategi dan arah pengembangan bisnis termasuk dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya.
Sebagai informasi, perusahaan keamanan siber global, Kaspersky mencatat sepanjang 2024 lebih dari 300 juta serangan siber berhasil dideteksi dan dihentikan secara global.
Dari jumlah tersebut, 62 juta serangan atau sekitar 21 persen terjadi di kawasan Asia Pasifik.
Secara khusus, ada 1,8 juta malware yang menyerang sektor perbankan dunia, dengan 219 ribu di antaranya tercatat di Asia Pasifik.
Adapun di Indonesia, Kaspersky mendeteksi 20 juta serangan siber sepanjang 2024, dengan 649 ribu di antaranya menargetkan sektor perbankan. Seluruh serangan tersebut berhasil dihentikan.
Dorong Kemitraan Strategis
Sementara, Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir mengungkapkan, pihaknya terus terus mendorong kemitraan strategis yang bisa direplikasi lintas sektor antara bank digital, fintech, regulator, dan sektor riil.
“Tahun ini kami fokus pada tiga keluaran utama yakni penguatan ketahanan siber dan pencegahan scam berbasis intelijen bersama, desain produk keuangan yang benar-benar inklusif bagi UMKM dan masyarakat underserved, serta arsitektur kolaborasi yang berkelanjutan,” tegasnya.
Baca juga : Tangkal Serangan Siber, Perusahaan Perlu Miliki Sistem Proteksi yang Kuat
Dengan langkah-langkah tersebut, Pandu menegaskan bahwa keuangan digital yang tepercaya akan berfungsi sebagai fondasi fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang aman, adil, dan berkelanjutan, sekaligus mendukung realisasi target pertumbuhan ekonomi nasional menuju 8 persen.
Di sisi lain, Wakil Ketua Umum II AFTECH, Budi Gandasoebrata, menggarisbawahi tiga pilar utama yang perlu dijalankan secara simultan agar keuangan digital benar-benar menjadi pengungkit pertumbuhan.
“Pertama, kita perlu regulasi dan pengawasan yang adaptif dan berbasis risiko agar inovasi tidak mengorbankan keamanan,” jelas Budi.
Kedua, inovasi digital seperti AI dan open finance harus dijalankan secara akuntabel dengan tata kelola yang kuat. Ketiga, edukasi publik dan kampanye anti-scam harus dilakukan secara terintegrasi lintas platform dan regulator.
“Semua ini menjadi syarat mutlak agar kepercayaan publik terhadap sektor keuangan digital tetap terjaga,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama










