Jakarta – Manajemen PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) memberikan penjelasan terkait adanya aktivitas pasar yang tidak biasa (unusual market activity/UMA), yang berujung disuspensinya saham perseroan pada 23 Juli 2025 kemarin.
Dalam public expose insidentil yang digelar sebagai tindak lanjut arahan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), manejemen SHID mengatakan, aktivitas pasar yang tidak biasa terjadi karena adanya kenaikan harga saham SHID hingga 90,84 persen sejak 25 Juni 2025 sampai dengan 22 Juli 2025.
Pada 25 Juni 2025, saham SHID diperdagangan di harga terendah dalam beberapa bulan terakhir, yakni Rp655 per lembar saham. Harganya terus menanjak naik hingga pada 7 Juli 2025 menyentuh Rp1.075 per lembar saham dengan volume perdagangan tertinggi sejak tahun 2025, yakni mencapai 2.266.500.
Setelah itu, harganya terus naik sebelum terkoreksi menjadi Rp930 pada 10 Juli 2025. Tapi setelah itu kembali mengalami beberapa kali lonjakan hingga menyentuh harga Rp1.250 per lembar saham pada 22 Juli 2025. BEI pun melakukan penghentian sementara perdagangan saham SHID.
Baca juga: Cara Sahid Hotels and Resorts Genjot Industri Pariwisata Tanah Air
“Perseroan beserta jajaran Direksi serta Dewan Komisaris tidak mengetahui serta tidak menerima informasi terkait kondisi perdagangan saham yang mengalami kenaikan hingga menyebabkan suspend,” ujar Hengky Roy, Direktur PT Hotel Sahid Jaya International Tbk, dalam public expose insidentil, Senin, 28 Juli 2025.
Perseroan pun mengadakan public expose untuk memberikan informasi yang transparan dan gambaran jelas terkait kondisi SHID bagi investor dan publik. Penjelasan ini juga diharapkan bisa meredakan spekulasi.
“Kami berkomitmen penuh untuk menjaga transparansi dan integritas dalam setiap aktivitas perseroan. Public xxpose Insidentil ini adalah bentuk tanggung jawab kami kepada seluruh pemangku kepentingan untuk menjelaskan situasi yang terjadi dan memberikan informasi terkini mengenai fundamental oerseroan,” tegas Hengky.
Dengan public expose ini, SHID berharap investor bisa mendapatkan informasi dan gambaran yang akurat, sehingga bisa mengambil keputusan investasi yang rasional, mengacu pada data dan fakta.
Pada kesempatan ini, perseroan juga memaparkan kinerja 2024 dan rencana startegis ke depan. Sepanjang tahun lalu, SHID berhasil membukukan peningkatan kinerja dengan melakukan optimalisasi produk dan penerapan marketing strategy yang tepat.
Alhasil, pendapatan atau revenur 2024 mengalami kenaikan 17,18 persen, atau menjadi Rp155,9 miliar. Di saat bersamaan, beban pokok penjualan (cost of sales) bisa ditekan menjadi 37,23 persen. Perseroan juga berhasil menaikan average room rate (ARR) dan occupancy rate masing-masing sebesar 3,6 persen dan 2,12 persen.
Baca juga: Intip Gerak Saham Indeks INFOBANK15 dalam Sepekan
Adapun untuk tahun ini, di tengah efisiensi yang digalakkan pemerintah, SHID menerapkan perubahan strategi. Selama ini, segmen government/MICE bisa mencapai 72,5 persen. Dikuti segmen corporate 9,4 persen, retail 16,6 persen, dan travel agent 1,5 persen.
Perseroan melakukan pergeseran segmen market sebagai strategi menjaga kinerja di tengah kebijakan efisiensi pemerintah.
Hasilnya, hingga Mei 2025, segmen retail menyumbang porsi 41,6 persen. Diikuti government/MICE 35,8 persen, corporate 20,4 persen, dan travel agent 2,2 persen.
“Target Perseroan di tahun 2025 mengubah market segment kepada segmen corporate, retail dan travel agent yang lebih besar untuk menuju pada bisnis yang berkelanjutan,” tegas Hengky. (*) Ari Astriawan









