Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2024 mencapai USD31,04 miliar atau lebih rendah sebesar USD5,84 miliar dibandingkan dengan surplus tahun 2023.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan secara lebih rinci, neraca perdagangan non migas mengalami surplus USD51,44 miliar yang lebih rendah USD5,35 miliar dibandingkan tahun lalu. Sementara defisit neraca perdagangan migas tercatat mencapai USD20,40 miliar.
Jika dilihat berdasarkan negara, defisit neraca perdagangan non migas kumulatif terbesar sepanjang 2024 terjadi dengan Tiongkok sebesar USD11,41 miliar.
“Surplus terbesar dari Amerika Serikat (AS) sepanjang 2024 (USD16,84 miliar), dan dua terbesar dari India (USD15,39 miliar) dan ketiga terbesar surplus berasal dari negara Filipina (USD8,85 miliar),” ucap Amalia dalam Rilis BPS di Jakarta, 15 Januari 2025.
Baca juga: BPS Catat Nilai Ekspor RI Sepanjang 2024 Tembus USD264,70 Miliar
Sedangkan, pada neraca perdagangan di periode Desember 2024, mencatatkan surplus sebesar USD2,24 miliar atau mengalami penurunan USD2,13 miliar dibandingkan bulan lalu. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
“Surplus pada bulan Desember 2024, tentunya ditopang oleh surplus pada komoditas non migas, di mana komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral atau HS27, lemak dan minyak hewan nabati atau HS15, serta besi dan baja atau HS72,” imbuhnya.
Baca juga: BPS Catat Inflasi Tahunan 1,57 Persen pada Desember 2024, Terendah Sepanjang Sejarah
Adapun, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD1,76 miliar yang didukung oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
BPS juga mencatat tiga negara penyumbang surplus terbesar di Desember 2024 antara lain, AS, India, dan Filipina. Sedangkan, tiga negara penyumbang defisit terdalam berasal dari negara Tiongkok, Australia, dan Brasil. (*)
Editor: Galih Pratama