Jakarta – Indonesia menghadapi tantangan yang cukup besar dalam memperluas inklusi keuangan. Hingga kini, dari total populasi Indonesia, sekitar 70 persen masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan keuangan formal.
Menurut Herrias Yusmawan, Director & Country Manager 1datapipe untuk Indonesia, dari sekitar 200 juta penduduk yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman, hanya 30 persen yang sudah terhubung dengan lembaga keuangan.
“Sisanya, sekitar 140 juta orang, masih berada di luar jangkauan. Bagaimana caranya masyarakat Indonesia itu dilibatkan semaksimal mungkin dalam kegiatan inklusi finansial, kami punya solusi-solusi untuk bisa membantu pemerintah dalam mencapai harapan atau target tersebut,” tuturnya dikutip 14 Desember 2024..
Herrias mengatakan bahwa 1datapipe telah mengembangkan apa yang disebut sebagai Credit Score untuk mendukung inklusi keuangan.
“Credit Score ini fokus pada karakter calon peminjam, sehingga memungkinkan lembaga keuangan mengidentifikasi individu dengan itikad baik untuk membayar pinjaman, meski mereka belum memiliki rekam jejak kredit,” jelasnya.
Solusi lainnya adalah Income Analysis, yang bertujuan menghitung kapasitas finansial calon peminjam berdasarkan pendapatan mereka. Data ini membantu menentukan besaran pinjaman yang dapat diberikan dengan risiko minimal.
Di sisi lain, Geo-Lifestyle Score digunakan untuk memahami gaya hidup dan preferensi calon nasabah berdasarkan aktivitas digital mereka.
“Melalui data seperti transaksi online dan interaksi di media sosial, lembaga keuangan dapat menawarkan produk yang lebih relevan dan personal,” tambahnya.
Herrias juga menekankan bahwa pihaknya menyediakan panduan minimum, namun setiap institusi dapat menyesuaikannya dengan strategi bisnis dan toleransi risiko mereka masing-masing.
Baca juga: OJK Catat Kredit Perbankan Tumbuh 10,92 Persen di Oktober 2024
Baca juga: Easycash-Superbank Perkuat Sinergi untuk Perluas Akses Kredit di Indonesia
Tiga Aspek Penilaian Penyaluran Kredit
Dalam dunia kredit, tutur Herrias, terdapat tiga aspek utama yang menjadi dasar penilaian, yaitu karakter, kapasitas, dan jaminan atau kolateral. Tantangan terbesar adalah memetakan karakter dan kapasitas masyarakat yang belum memiliki histori kredit formal.
“Untuk menjawab kebutuhan ini, 1datapipe menawarkan sejumlah solusi berbasis teknologi yang dapat membantu lembaga keuangan meningkatkan jangkauan mereka.”
Solusi ini tidak hanya membantu lembaga keuangan menjangkau lebih banyak nasabah, tetapi juga mendorong terciptanya ekosistem yang lebih inklusif.
“Data yang kami gunakan berasal dari sumber alternatif, sehingga dapat melengkapi informasi dari biro kredit konvensional. Dengan pendekatan ini, lembaga keuangan dapat menjangkau masyarakat yang selama ini sulit diakses,” katanya.
Baru-baru ini 1datapipe menghadirkan Reject Rescue Model ke Indonesia untuk memberdayakan lembaga keuangan, perusahaan fintech, dan peritel.
Dengan fokus pada data alternatif dan wawasan berbasis AI, model ini siap mendefinisikan ulang proses pengambilan keputusan kredit, membuka peluang pertumbuhan bagi bisnis, memungkinkan untuk mengklasifikasi ulang dan menyetujui jutaan aplikasi kredit yang sebelumnya ditolak sekaligus mengatasi kesenjangan inklusi keuangan.
Reject Rescue Model memanfaatkan kekuatan AI dan Machine Learning untuk memproses dan menganalisis sumber data alternatif, menciptakan pandangan holistik tentang kelayakan kredit seorang pemohon.
Model ini memungkinkan penyesuaian penerimaan dengan mengklasifikasi ulang calon nasabah yang sebelumnya ditolak, sehingga meningkatkan tingkat penerimaan tanpa mengorbankan tingkat kredit macet. Implementasinya yang skalabel memastikan integrasi mulus dengan sistem yang sudah ada, memberikan hasil yang terukur bagi lembaga keuangan. (*)