Jakarta – Bank Muamalat baru saja melakukan pergantian pengurus dalam RUPSLB yang diadakan Rabu, 11 Desember 2024, jam 09.30-12.00 WIB. Berdasarkan keputusan RUPSLB, Bank Muamalat kini dipimpin Imam Teguh Saptono — mantan Direktur Utama BNI Syariah sebagai direktur Utama, menggantikan Hery Syafril.
Selain Imam, wajah baru di jajaran Direksi Bank Muamalat ada Kukuh Rahardjo yang akan bertugas sebagai direktur, menggantikan Riksa Prakoso. Adapun Kukuh, yang juga kolega Imam di BNI Syariah, sementara ini masih tercatat sebagai Direktur Utama Bank NTB Syariah. Sementara di jajaran komisaris, ada Sapto Amal Damandari menggantikan Amin Said Husni.
Lalu seperti apa kinerja terkini dari Bank Muamalat? Berdasarkan laporan publikasi bank di situs OJK, kinerja Bank Muamalat pada Oktober 2024 mencatatkan penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejumlah indikator utama seperti aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan, hingga laba bersih menunjukkan tren penurunan yang cukup tajam.
Total aset Bank Muamalat pada Oktober 2024 turun 10,97 persen menjadi Rp59,41 triliun dari Rp66,73 triliun pada Oktober 2023. Penurunan ini juga terjadi pada penghimpunan DPK yang melemah 10,18 persen menjadi Rp42,12 triliun.
Baca juga: RUPSLB Bank Muamalat Tunjuk Imam Teguh Saptono jadi Dirut Baru, Simak Profilnya
Baca juga: RUPSLB Bank Muamalat Rombak Pengurus, Ini Susunan Terbarunya
Meskipun secara keseluruhan DPK turun, segmen tabungan justru tumbuh 5,60 persen dari Rp15,73 triliun menjadi Rp16,61 triliun. Namun, pertumbuhan ini tidak mampu menutup penurunan signifikan pada segmen giro yang turun 5,93% dan deposito yang anjlok 21,09 persen.
Lebih jauh, pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat juga merosot 18,47 persen, dari Rp21,77 triliun pada Oktober 2023 menjadi Rp17,75 triliun pada Oktober 2024. Penurunan pembiayaan ini turut memengaruhi kinerja laba bersih, yang anjlok 82,68 persen, dari Rp54,49 miliar menjadi Rp9,44 miliar.
Salah satu penyebab utama melemahnya laba bersih Bank Muamalat adalah peningkatan beban operasional yang naik 15,90 persen menjadi Rp143,65 miliar. Di sisi lain, pendapatan dari penyaluran dana justru meningkat 5,74 persen, dari Rp1,60 triliun menjadi Rp1,69 triliun.
Namun, beban bagi hasil untuk pemilik dana investasi juga meningkat lebih tinggi, yaitu 10,10 persen, dari Rp1,39 triliun menjadi Rp1,53 triliun. Kenaikan beban bagi hasil ini menekan margin keuntungan yang dapat diraih oleh bank milik BPKH ini. (*) Ari Nugroho