Jakarta – Runtuhnya rezim Bashar al-Assad melalui serangan oleh pemberontak di Suriah memicu perhatian para pemimpin dunia. Tak terkecuali, bagi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang ikut memberikan komentarnya.
“Akhirnya, rezim Assad jatuh. Rezim ini melakukan tindakan brutal, menyiksa dan membunuh ratusan ribu warga Suriah yang tidak bersalah. Jatuhnya rezim ini adalah tindakan keadilan yang mendasar,” kata Biden, dinukil VOA Indonesia, Selasa, 10 Desember 2024
Ini adalah momen bersejarah bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita, untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negara yang mereka banggakan,” tambahnya.
Baca juga : Akhir Rezim Bashar al-Assad di Suriah Usai Berkuasa Lebih dari Dua Dekade
Ia menuturkan, akan mengambilkan sejumlah langkah terkait perubahan yang terjadi di lapangan, termasuk bekerja sama dengan sekutu kawasan.
“Pertama, kami akan mendukung negara-negara tetangga Suriah, termasuk Yordania, Lebanon, Irak, dan Israel, jika ada ancaman yang muncul dari Suriah dalam masa transisi ini,” tambahnya.
Sementara itu, Presiden terpilih Donald Trump juga memberikan komentarnya tentang perkembangan di Suriah melalui media sosialnya, Truth Social.
Baca juga : Korsel dan Suriah Memanas, RI Bisa Ambil Peluang Tarik Investor
“Assad telah pergi, dia meninggalkan negaranya. Pelindungnya, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak lagi tertarik untuk melindunginya (selagi menghadapi pemberontak di Suriah),” tulisnya di akun @realDonaldTrump.
Sehari sebelumnya, Trump sudah menuliskan “Suriah memang kacau, namun bukan teman kita, dan Amerika Serikat seharusnya tidak melakukan campur tangan apapun. Ini bukan perjuangan kita,” tambahnya.
Adapun, para pakar memperingatkan bahwa perayaan di Suriah yang dilakukan oleh mereka yang menentang Assad, tidak boleh mengalihkan perhatian pada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi.
“Akan ada keprihatinan soal bantuan kemanusiaan, yang menurut saya harus diatasi oleh kita dan negara-negara lain di PBB,” ujar Mantan Menteri Pertahanan di bawah pemerintahan Trump Mark Esper. (*)
Editor: Galih Pratama