Jakarta – Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menunjuk mantan Senator Georgia David Perdue sebagai duta besar untuk China.
Penunjukan tersebut diungkap Trump di media sosialnya, pada Kamis (6/12), di mana menurutnya mantan kepala eksekutif (CEO) membawa keahlian yang berharga untuk membantu hubungan kita dengan China.
Laporan VOA Indonesia menyebut, Perdue memang orang dekat Trump. Saat berkampanye untuk pencalonannya sebagai gubernur Georgia, Perdue kerap mendukung kebohongan-kebohongan Trump, yang sudah terbantahkan, mengenai kecurangan pemilu. Perdue sendiri kalah dalam pemilihan gubernur.
Ia juga kalah dalam pemilihan senat dari lawannya, Jon Ossoff, politisi Partai Demokrat. Ia juga kalah dalam kontestasi bakal calon gubernur Georgia yang diusung Partai Republik melawan petahanan Gubernur Georgia Brian Kemp.
Baca juga : Donald Trump Tunjuk Chris Wright jadi Menteri Energi, Ini Sosoknya
Ketegangan-ketegangan politik akan menjadi bagian besar gambaran Amerika Serikat-China bagi pemerintahan baru.
Sebelumnya, Trump mengancam akan mengenakan tarif baru terhadap Meksiko, Kanada, dan China sebagai bagian dari upayanya untuk menindak imigrasi ilegal dan narkoba.
Dia mengatakan akan mengenakan pajak sebesar 25 persen terhadap seluruh produk yang masuk ke negara tersebut dari Kanada dan Meksiko, dan tarif tambahan sebesar 10 persen atas barang-barang dari China, sebagai salah satu perintah eksekutif pertamanya.
Kedutaan Besar China di Washington awal pekan ini memperingatkan bahwa semua pihak akan dirugikan jika terjadi perang dagang.
Baca juga : Dampak Kebijakan Trump, Investasi Tiongkok Mengalir ke RI
“Kerja sama ekonomi dan perdagangan China-AS bersifat saling menguntungkan,” kata juru bicara kedutaan Liu Pengyu melalui pernyataan yang diunggah di X.
“Tidak ada yang akan memenangkan perang dagang atau perang tarif,” tambahnya.
Dia menambahkan bahwa tahun lalu, China telah mengambil langkah-langkah untuk membantu membendung perdagangan narkoba.
Tidak jelas apakah Trump benar-benar akan melaksanakan ancaman tersebut atau apakah ia menggunakannya sebagai taktik negosiasi.
Tarif tersebut, jika diterapkan, dapat menaikkan harga bagi konsumen Amerika secara dramatis mulai dari bahan bakar, mobil, hingga produk pertanian. (*)
Editor : Galih Pratama