Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat pada periode Januari-Agustus 2024 serangan siber atau anomali trafik internet yang ada di Indonesia sebanyak 122,79 juta.
Direktur Keamanan Siber dam Sandi Kuangan, Perdagangan, dan Pariwisata BSSN Edit Prima mengatakan serangan siber tersebut didominasi oleh malware sebanyak 59,26 persen atau 72,77 juta serangan, trojan activity 18,20 persen atau 22,35 juta serangan, dan 8,28 persen atau 10,16 juta serangan oleh unauthorised access and system.
“Anomali trafik yang ada di Indonesia itu didominasi oleh malware hampir 60 persen, kemudian secara spesifik adalah trojan,” ujar Edit dalam acara Cybersecurity Symposiums (CSS) Indonesia 2024, Kamis 31 Oktober 2024.
Baca juga: Riset Trend Micro: Indonesia Terlalu Lama Tangani Serangan Siber
Sebelumnya, berdasarkan data BSSN, yang paling rajin disambangi para hacker adalah sektor perbankan dan migas. Ini dikarenakan berpotensial untuk mendapatkan profit lebih banyak, selain mengganggu sistem pemerintah yang lebih banyak ke arah politik.
“Sebetulnya, sekarang tidak hanya reputasi dan finansial, tapi nanti, InsyaAllah, Oktober 2024 akan berlaku secara efektif undang-undang pelindungan data pribadi. Kalau data saya bocor, karena Bapak-Ibu, karena perbankan, saya bisa menuntut perdata ganti rugi sampai dengan 2 persen dari revenue,” ujar Slamet Aji Pamungkas, Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian BSSN.
Baca juga: Ngeri! Potensi Kerugian Serangan Siber Bisa Tembus USD13,82 Triliun di 2028
Sepanjang 2023, BSSN mencatat ada 347 dugaan insiden siber di Indonesia. Dugaan insiden siber paling banyak terdeteksi di sektor administrasi pemerintahan dengan 186 dugaan insiden siber.
Sektor lain yang insiden sibernya tergolong banyak adalah sektor keuangan (38), transportasi (24), serta energi dan sumber daya mineral (18). (*)
Editor: Galih Pratama