Jakarta – Riset terbaru dari Inventure 2024 menunjukkan dampak judi online (judol) terhadap kelas menengah di Indonesia. Berdasarkan survei ini, terungkap bahwa 14 persen dari kelas menengah pernah terlibat judol.
Dari mereka yang terlibat, 69 persen harus mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk digunakan deposit situs judol.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pengeluaran rumah tangga yang paling banyak dipotong oleh mereka yang bermain judol adalah uang rokok (79 persen), uang makan (72 persen), dan uang liburan (72 persen).
Baca juga : GoPay Menanggapi Teguran Kominfo Terkait Judi Online
“Angka 14 persen ini lumayan tinggi untuk negara sebesar Indonesia dengan populasi top 4 dunia. Sebagai pembanding, di Amerika pengguna judi online sudah menyentuh angka 19 persen. Sehingga kita sudah tidak bisa main-main lagi terhadap judol ini.” kata Dr. Megawati Simanjuntak, Pakar Ilmu Konsumen IPB University dalam konferensi Indonesia Industry Outlook 2025, dikutip pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Ia mengatakan, tren judol ini merupakan akibat dari ketidakpahaman masyarakat terhadap dampak judol. Banyak dari pemain ini awalnya hanya niat bermain saja, namun berujung ketagihan, dan akhirnya sulit untuk keluar karena sudah pernah merasakan kenikmatannya.
“Judi online ini juga mengakibatkan perputaran ekonomi yang tidak jalan. Dana masyarakat banyak yang tersedot namun putarannya tidak berbalik.” ucap Zakaria Halim, EVP Mandiri Utama Finance.
Tingginya tren judol ini pun berimbas ke sektor pembiayaan dan perlu ada aspek manajemen risiko untuk menghadapinya.
“Langkah sistematis dan antisipatif perlu dilakukan di industri ini. Kami melakukan scanning calon debitur melalui creditscoring untuk minimalisir risiko.” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra