Jakarta – Bank Neo Commerce (BNC) memiliki komitmen untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia. Salah satu strategi yang mereka terapkan yakni dengan memanfaatkan dua ekosistem, yaitu ekosistem online dan ekosistem offline.
Direktur Bisnis BNC, Aditya Windarwo mengungkapkan, di ranah online, pihaknya mengintegrasikan sejumlah mitra strategis yang membuat nasabah nyaman untuk bertransaksi, memanfaatkan sejumlah ekosistem yang ada.
“Sementara untuk offline, kita juga ada kerja sama dengan koperasi, dengan sekolah, dengan universitas, dan juga dengan komunitas-komunitas lokal,” papar Aditya kepada Infobanknews, dikutip pada Rabu, 23 Oktober 2024.
Ini, menurut Aditya, menjadi salah satu cara untuk melakukan tap-in ke masyarakat yang belum sepenuhnya bankable. Dan dengan memanfaatkan kedua ekosistem tersebut, akselerasi inklusi keuangan.
“Strategic partnership dengan beberapa ekosistem akan membuat speed to the market lebih cepat. Deliverability-nya jadi tidak seperti dulu, (di mana) kita punya infrastruktur build sendiri yang banyak. Sekarang, kita partnering sama orang,” jelasnya.
Melakukan Jemput Bola
Di satu sisi, Aditya berujar kalau pihaknya sudah melakukan jemput bola ke kalangan masyarakat mikro untuk memperkenalkan produk milik BNC. Terbaru, mereka belum lama ini menyelesaikan kegiatan literasi dan inklusi di Kalimantan.
BNC berpartisipasi di acara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam peringatan puncak Bulan Inklusi Keuangan. Kegiatan ini berlangsung pada 3-6 Oktober 2024 lalu di Balikpapan.
BNC juga sempat menyelenggarakan acara Neo Keliling sebagai upaya untuk memperkenalkan layanan BNC dan juga memberikan edukasi terkait pengelolaan keuangan yang baik.
Acara tersebut berlangsung di Balikpapan pada 2 Oktober 2024 dan Banjarmasin pada 9 Oktober 2024.
Baca juga: BNC Right Issue 1,31 Miliar Saham, Akulaku Jadi Standby Buyer
Aditya berujar, pihaknya sudah konsisten melakukan kegiatan ini sejak 2022 silam, dan hendak melakukan kegiatan ini di daerah-daerah tier 4 atau 3T (tertinggal, terdepan, terluar) di masa mendatang.
“Ke depan, kami berharap bisa melakukan hal serupa di daerah-daerah 3T di Indonesia, sehingga seluruh lapisan masyarakat bisa mendapatkan pemahaman yang setara terkait pengelolaan keuangan dan aksesnya,” tukasnya.
Sebagai informasi, data dari OJK menunjukkan bahwa masing-masing dari literasi dan inklusi keuangan di Indonesia sudah mencapai 65,43 persen dan 75,02 persen. Meskipun sudah cukup tinggi, masih ada gap hampir 10 persen yang perlu dipangkas. (*) Mohammad Adrianto Sukarso