Jakarta – PT Bank DBS Indonesia (Bank DBS Indonesia) menargetkan pertumbuhan tahunan jumlah volume obligasi pada layanan wealth management sebesar 50 persen pada tahun ini.
Head of Investment and Insurance Product Bank DBS Indonesia, Djoko Soelistyo menerangkan, target pertumbuhan volume bisnis obligasi itu tak bisa dilepaskan dari tren penurunan suku bunga acuan.
Djoko mengatakan bahwa tren suku bunga acuan yang menurun biasanya akan diikuti dengan kenaikan harga obligasi. Kondisi tersebut sontak membuat para investor pasar modal tertarik untuk menginvestasikan dananya ke pasar obligasi.
“Jadi otomatis ini menarik para investor, terutama yang ingin mengejar keuntungan di sisi modal. Karena kalau harganya naik kan berarti nilai investasinya naik,” ucapnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca juga: DBS Indonesia Gandeng Moduit Perluas Akses Investasi Obligasi Pasar Sekunder, Targetkan AUM Rp500 Miliar
Djoko melanjutkan, pihaknya memprediksi, Bank Indonesia (BI) akan kembali menurunkan suku bunga acuannya atau BI rate sebesar 75 basis points (bps) di tahun 2025. Sementara untuk Fed rate, pihaknya memprediksi penurunannya dapat lebih besar ketimbang BI rate.
Sementara itu, terkait nilai asset under management (AUM) obligasi pada layanan wealth management DBS Indonesia, Djoko beberkan jika nilai AUM-nya telah tumbuh 20 persen year to date (ytd) per September 2024.
Djoko optimistis, nilai AUM obligasi pada layanan wealth management DBS Indonesia dapat tumbuh lebih besar lagi menjelang akhir tahun ini.
“Dengan adanya penurunan suku bunga, investor sebenarnya mengetahui adanya potensi yang besar di obligasi ini. Makanya, kita lihat secara umum transaksi di aplikasi investasi itu mengalami peningkatan,” tukas Djoko. (*) Steven Widjaja