Jakarta – Industri batik di Tanah Air menggeliat di tengah tantangan besar dari sisi produktivitas dan inovasi agar lebih mudah diterima oleh pelbagai kalangan, khususnya generasi muda.
“Di era globalisasi saat ini, industri kreatif khususnya batik memiliki tantangan yang besar, di mana konsumen sudah cerdas dan memiliki preferensi terhadap kualitas, estetika dan budaya yang kuat,” kata Kepala Dinas PPKUKM DKI Ety Syartika dalam pembukaan Batik Nusantara Festival di Emporium Pluit Jakarta Utara, Rabu, 2 Oktober 2024.
Menurutnya, para perajin batik harus pandai melakukan inovasi agar produk yang dijual disukai konsumen. Selain itu, mereka juga harus memahami industri batik secara holistik agar bisnis yang dijalankan bisa berkembang dan sukses menembus pasar gobal.
“Penting bagi kita memahami seluk beluk industri batik mulai dari proses produksi, pemasaran hingga pengelolaan usaha yang efektif,” jelasnya.
Baca juga : Begini Cara LPS Dukung Pelaku UMKM Batik di Sukabumi
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) DKI Jakarta, Mualim Wijoyo menuturkan, batik menjadi prioritas pengembangan perekonomian lantaran dinilai memiliki karakter dan daya saing dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
“Produknya juga banyak diminati pasar global seperti batik lokal karya anak bangsa yang semakin berdaya saing dengan harga yang terjangkau dan menghasilkan profit yang baik untuk pelaku usahanya,” terangnya
Saat ini, kata dia, banyak pemanfaatan batik mulai dari produk fesyen, aksesori, perabotan, perlengkapan rumah tangga, dekorasi interior hingga eksterior.
Baca juga : Cerita Penjual Batik Banyumas Perkenalkan Budaya Daerah di Pameran Jazz Gunung Slamet
“Terlebih di era moderen saat ini, batik tidak hanya sekadar balutan kain semata tapi juga memiliki potensi nilai ekonomi yang besar,” tandasnya.
Ekspor Batik Menggeliat
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sendiri mencatat, nilai ekpor batik dan produknya menunjukkan tren positif. Nilai ekspor batik dan produknya sepanjang 2023 menembus 17,5 juta dolar AS atau Rp264 miliar.
“Potensi pasar batik saat ini cukup menjanjikan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita, dikutip Rabu, 2 Oktober 2024.
Bahkan kata dia, pada 2024 ekspor batik semakin menggeliat. Hal ini merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pada semester I-2024 telah mencapai 9,45 juta dolar AS atau sekitar Rp143 miliar.
Baca juga: OJK dan BPS Rilis Indeks Literasi Keuangan RI Capai 65,43 Persen di 2024
Ia menegaskan, minat dan tren para generasi muda menggunakan batik untuk kegiatan sehari-hari terus meningkat.
Hal ini turut memberikan optimisme bagi masa depan industri batik di pasar dalam negeri yang harus dimaksimalkan agar potensi ini mampu dinikmati oleh para perajin batik. (*)
Edtor: Yulian Saputra