Jakarta – Tren pemutusan hubungan kerja (PHK) melonjak dalam beberapa bulan belakangan. Tercatat, selama periode Januari-Agustus 2024, total 46.240 pegawai menjadi korban PHK.
“Ya, memang kita akhir-akhir ini banyak mengalami PHK ya,” ujar Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, di Kompleks DPR Senayan, Senin (2/9).
Ida mengatakan, pihaknya pun tengah melakukan mitigasi maraknya gelombang PHK massal dari sejumlah industri di Tanah Air. Termasuk upaya mediasi dalam menekan total angka PHK yang terus melonjak belakangan ini.
“Kita terus melakukan memitigasi agar jangan sampai PHK itu terjadi. Jadi upaya-upaya itu ternyata juga Alhamdulillah karena kita pertemukan, antara manajemen dengan pekerja kita pertemukan, itu bisa menekan terjadinya PHK,” jelasnya.
Baca juga : Di Tengah Badai PHK, 66 Bank Ini Menambah Karyawan pada 2023
Berdasarkan data pihaknya, sebanyak 46.240 pegawai terdampak PHK berasal dari berbagai industri. Dominasi datang dari manufaktur tekstil dan produk tekstil (TPT).
“Terbanyak dari manufaktur tekstil. Masih di industri pengolahan ya. Industri pengolahan itu tekstil garmen dan alas kaki,” bebernya.
Meski mengakui adanya tren kenaikan PHK, namun angka total pegawai yang dirumahkan itu diharapkan lebih rendah dibanding tahun lalu.
Baca juga : Unilever Kembali PHK 3.200 Karyawan di Akhir 2025, Ini Penyebabnya
“Ya, memang naik, tapi kan kita mudah-mudahan angkanya tidak seperti, lebih tinggi dari angka tahun 2023,” tandasnya.
Wilayah Terbanyak PHK
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemnaker Indah Anggoro Putri menyebut, Jawa Tengah menjadi wilayah terdampak PHK terbanyak di Indonesia.
“Agustus masuk Jawa Tengah nomor 1, diikuti DKI Jakarta lalu Banten,” ujarnya.
Menurutnya, sektor industri yang terdampak secara dominan di Jawa Tengah yakni industri manufaktur padat karya.
Adapun DKI Jakarta, pemangkasan banyak terjadi di sektor jasa seperti restoran, kafe mencapai 7.400 pegawai. (*)
Editor : Galih Pratama