Daya Beli Masyarakat Makin Tergerus, Ternyata Ini Biang Keroknya

Daya Beli Masyarakat Makin Tergerus, Ternyata Ini Biang Keroknya

Jakarta – Lembaga Penyelidikan Ekonomi Makro (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mencatat daya beli masyarakat kelas menengah semakin tergerus. Hal ini tercermin dari adanya penurunan jumlah masyarakat di kelas menengah.

Peneliti makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan sejak 2018, populasi kelas menengah terus menurun sedangkan kelompok rentan dan calon kelas menengah justru meningkat.

“Hal ini mengindikasikan porsi masyarakat yang sebelumnya terhitung kelas menengah mengalami penurunan kesejahteraan dan turun menjadi kelompok calon kelas menengah atau bahkan masuk ke kelompok rentan,” tulis Riefky dalam laporannya, dikutip, Jumat, 9 Agustus 2024.

Dalam laporan LPEM FEB UI dalam Indonesia Economic Outlook Triwulan III 2024, tercatat pada tahun 2014, penduduk yang tergolong dalam kategori calon kelas menengah merepresentasikan sekitar 45,8 persen populasi atau setara dengan 115 juta jiwa.

Pada 2023, angka tersebut meningkat menjadi 53,4 persen atau setara dengan 144 juta jiwa sehingga lebih dari separuh populasi Indonesia masuk dalam kategori calon kelas menengah. Ekspansi pada kategori calon kelas menengah dan kelas menengah pada tahun 2014 hingga 2018 mengindikasikan tren positif dari mobilitas sosial ke atas.

Baca juga: Dua Brand Lokal Tingkatkan Daya Beli Konsumen di Tengah Gejolak Ekonomi

Pada periode ini, proporsi populasi miskin dan rentan menurun, sedangkan calon kelas menengah dan kelas menengah mengalami pertumbuhan. Namun, dari tahun 2018 hingga 2023, ekspansi calon kelas menengah mengindikasikan adanya kemunduran dari progres ini.

“Porsi populasi rentan meningkat dan kelas menengah menyusut, yang mengindikasikan adanya pergeseran dari individu yang sebelumnya merupakan kelas menengah ke calon kelas menengah atau bahkan rentan,” imbuh Riefky.

Hal tersebut pun tercermin dari konsumsi masyarakat. Pada tahun 2023, total konsumsi dari kelompok calon kelas menengah dan kelas menengah adalah 82,3 persen dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia, di mana calon kelas menengah menyumbang 45,5 persen dan kelas menengah menyumbang 36,8 persen.

“Ini menandai peningkatan dari tahun 2014, di mana kelompok-kelompok ini masing-masing menyumbang 41,8 persen dan 34,7 persen dari konsumsi. Namun, tren mereka mengalami perbedaan dalam lima tahun terakhir,” jelasnya.

Riefky menjelaskan porsi konsumsi calon kelas menengah meningkat dari 42,4 persen pada tahun 2018. Sebaliknya, porsi konsumsi kelas menengah turun dari 41,9 persen pada periode yang sama.

“Penurunan ini menunjukkan pengurangan konsumsi kelas menengah, yang mencerminkan potensi penurunan daya beli mereka,” paparnya.

Lebih lanjut, pada 2023, mayoritas orang Indonesia masih mengalokasikan sebagian besar pengeluaran mereka untuk makanan, dengan pengecualian untuk kelas menengah dan kelas atas. Kelas menengah mengalokasikan 41,3 persen dari pengeluaran mereka untuk makanan, sedangkan kelas atas menghabiskan 15,6 persen.

Untuk calon kelas menengah, porsi pengeluaran untuk makanan sedikit menurun dari 56,1 persen pada tahun 2014 menjadi 55,7 persen pada tahun 2023. Sebaliknya, kelas menengah mengalami peningkatan pengeluaran untuk makanan, naik dari 36,6 persen menjadi 41,3 persen pada periode yang sama.

Baca juga: Di Tengah Anomali Ekonomi RI: PDB Tumbuh 5 Persen dan Daya Beli Tetap Ambruk

Peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan, atau penurunan konsumsi nonmakanan, dapat dijadikan indikator yang mengkhawatirkan. Pengeluaran nonmakanan, seperti untuk barang tahan lama, kesehatan, pendidikan, dan hiburan, lebih menunjukkan daya beli dan kesejahteraan ekonomi.

Pengeluaran ini cenderung meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan dan merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

“Oleh karena itu, peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan menunjukkan penurunan daya beli kelas menengah. Erosi daya beli ini menjadi mengkhawatirkan karena berdampak pada konsumsi agregat yang merupakan pendorong penting pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News