Naik 6,2 Persen, Laba Maybank Indonesia jadi Rp548 Miliar di Kuartal II 2024

Naik 6,2 Persen, Laba Maybank Indonesia jadi Rp548 Miliar di Kuartal II 2024

Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) hingga kuartal II 2024 berhasil mencatatkan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp548 miliar. Angka ini naik 6,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Pertumbuhan laba Maybank Indonesia tersebut didorong dengan realisasi kredit yang melesat. Per kuartal II 2024, total kredit Maybank tumbuh 11,9 persen menjadi Rp123,03 triliun, dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp109,97 triliun.

Adapun kredit global banking mencatat pertumbuhan sebesar 12,6 persen menjadi Rp45,64 triliun, naik dari Rp40,55 triliun sama tahun lalu.

Lalu, kredit segmen Large Local Corporate (LLC) Global Banking tumbuh 17 persen dikontribusi oleh pembiayaan untuk large local corporations sehubungan dengan upaya memperluas peluang kerja sama lintas jaringan bisnis Maybank, serta memperkuat kolaborasi ‘One Maybank go-to-maket’ pada kuartal II 2024.

Baca juga: Bank Danamon Cetak Laba Rp1,5 Triliun di Semester I 2024

Sementara itu, kredit untuk segmen grup Financial Institutions (FIG) naik 59,1 persen menjadi Rp15,68 triliun didorong pembiayaan jangka menengah.

“Permintaan pasar domestik terhadap barang dan jasa turut mendorong pertumbuhan kredit yang kuat pada segmen ritel dan non-ritel pada Community Financial Services (CFS) Ritel dan Non-ritel dengan pertumbuhan sebesar 11,5 persen di seluruh segmennya,” ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan dalam keterangan resmi, Selasa 30 Juli 2024.

Steffano  menambahkan portofolio kredit Non-ritel Community Financial Services (CFS) juga tumbuh 19,8 persen menjadi Rp33,46 triliun dari Rp27,93 triliun pada periode yang sama tahun lalu, didukung pertumbuhan pada segmen Business Banking sebesar 25,1 persen, diikuti kredit untuk sektor UKM (SME) yang tumbuh 17,0 persen, dan kredit untuk mendukung sektor UMKM ritel (RSME) yang meningkat sebesar 16,7 persen.

Demikian juga, kredit CFS Ritel tumbuh 5,9 persen didukung pembiayaan ritel otomotif Anak Perusahaan yang menyumbang pertumbuhan sebesar 6,7 persen dan bisnis kartu kredit dan KTA yang tumbuh 17,5 persen.

Sementara, rasio Non-Performing Loan (NPL) Maybank membaik menjadi 2,7 persen (gross) dan 1,7 persen (net). Rasio Loan at Risk (LAR) juga membaik menjadi 9,0 persen dari 11,5 persen

Pada kuartal kedua 2024, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan penjualan ritel otomotif nasional mengalami penurunan sebesar 14 persen. Namun, di tengah penurunan penjualan, Maybank mampu membukukan peningkatan pembiayaan kendaraan, yakni roda dua WOM sebesar 7,5 persen, dan pembiayaan kendaraan roda empat MIF sebesar 6,5 persen.

Dari sisi aset, Maybank Indonesia mencatat pertumbuhan aset konsolidasi sebesar 14,2 persen menjadi Rp189,16 triliun dari Rp165,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Adapun simpanan nasabah tumbuh 4,7 persen menjadi Rp115,58 triliun dari Rp110,38 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Selaras dengan strategi perseroan untuk meningkatkan dana murah, CASA meningkat sebesar 10,6 persen, didukung simpanan giro yang tumbuh 15,5 persen dan tabungan yang naik 3,5 persen. Namun, deposito berjangka menurun sebesar 0,8 persen.

Pendapatan bunga Maybank pada semester I 2024 meningkat sebesar 9,9 persen didukung pendapatan yang lebih baik dari komposisi aset produktif serta upaya berkelanjutan untuk mengurangi dana mahal dan kredit dengan yield yang rendah.

“Meski demikian, biaya dana tetap tinggi oleh karena tren perubahan suku bunga yang berdampak pada Pendapatan Bunga Bersih (NII) Bank yang menurun sebesar 2,6 persen,” jelasnya.

Baca juga: Biaya Kredit Naik, Laba BTPN Susut 15 Persen jadi Rp1,2 Triliun per Juni 2024

Kemudian, pendapatan berbasis biaya (Fee-based income) pada semester I 2024 dibukukan sebesar Rp820 miliar dari Rp1,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh kinerja GlobalMarket (GM) yang terdampak oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan perubahan tren suku bunga globaldan domestik.

Namun demikian, pendapatan fee-based wealth management mencatat pertumbuhan sebesar 5,8 persen yang terdiri dari pendapatan fee bancassurance sebesar 8,4 persen dan investasi sebesar 3,5 persen. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News