Jakarta – Sales Director Jobstreet by SEEK Indonesia Wisnu Dharmawan mengungkapkan, beberapa negara yang menjadi harapan masyarakat Indonesia jika memang mampu bekerja di luar negeri.
Dalam laporan eksklusif Jobstreet by SEEK bertajuk “Decoding Global Talent 2024: Tren Mobilitas Pekerja”, 5 negara teratas yang dimaksud yakni Jepang, Australia, Singapura, Jerman, dan Malaysia.
Dari kelima negara ini, Wisnu menyimpulkan bahwa pekerja Indonesia tertarik bekerja di negara maju yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.
“Orang Indonesia ternyata senang bekerja di negara maju yang lokasinya nggak terlalu jauh dari Indonesia. Contohnya ada Jepang, Australia, dan Singapura. Jerman mungkin nggak ya, tapi ada Malaysia juga gitu ya,” ungkap Wisnu pada Selasa, 4 Juni 2024.
Baca juga: Survei Jobstreet: Indonesia Menjadi Negara yang Semakin Atraktif bagi Pekerja Asing
Jika dirinci, sebanyak 32 persen responden Indonesia memilih Jepang sebagai destinasi utama. Dilanjutkan dengan Australia dengan persentase 29 persen, Singapura sebanyak 19 persen, Jerman 14 persen, dan Malaysia 11 persen.
Dan di bawah persentase 10 persen, ada negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Swiss, Kanada, dan bahkan Brunei Darussalam.
Terlepas dari alasan seperti peningkatan karir, gaji yang lebih baik, dan gaya hidup yang lebih baik, kedekatan kultur menjadi pertimbangan seseorang jika ingin bekerja di luar negeri. Ini alasan kenapa tidak sedikit masyarakat Indonesia yang tertarik bekerja di Malaysia.
Lebih lanjut kata Haikal, apabila banyak pekerja Indonesia yang lebih tertarik bekerja di luar negeri dalam jangka waktu menengah, sekitar 3 tahun. Ini berbeda dengan warga asing yang ingin bekerja di negara lain dalam jangka waktu lama, hingga menetap di sana.
Baca juga: Erick Thohir Ungkap Dampak KEK Sanur bagi Lapangan Kerja
“Kandidat atau pekerja yang bukan orang Indonesia itu biasanya menginginkan bekerja di luar negeri dalam jangka yang panjang, dan belum tentu balik. Kalau orang Indonesia, ternyata mereka cukup homesick ya. Rata-rata itu cuma ingin bekerja dalam jangka menengah, sekitar 3 tahun lebih. Setelah itu, mereka ingin balik lagi,” paparnya.
Negara yang diminati pekerja Indonesia tidak berbeda jauh dengan responden global. Menurut Haikal Siregar, Managing Director & Partner BCG, 10 negara teratas yang diminati pekerja global adalah Australia, Amerika Serikat, Kanada, Britania Raya, Jerman, Jepang, Swiss, Singapura, Prancis, dan Spanyol.
Dengan demikian, negara tempat kerja impian masyarakat Indonesia terbilang lumrah karena juga diminati oleh pekerja dari negara lain.
“Jadi, bagi bekerja di Australia itu memang diminati (oleh pekerja) di seluruh dunia sih. Banyak yang tertarik untuk memulai ke Australia. Ada juga beberapa negara yang selalu ada, seperti US, Kanada, dan lainnya,” kata Haikal.
Menariknya, Australia menjadi negara yang paling diminati pekerja asing sebagai tujuan kerja usai menyalip Amerika Serikat, yang selama 10 tahun, berhasil menempati posisi teratas sebagai negara yang paling ditarget pencari kerja.
Tidak sampai di sana, Jepang juga mengalami peningkatan drastis, berhasil merengsek ke posisi 6 besar sejak 2020 lalu, setelah bertengger di peringkat 10 mulai dari 2014 sampai 2018.
Haikal mengatakan, alasan utama Australia dan Jepang meningkat peminatnya, adalah kualitas hidup di sana yang menurut pencari kerja, ideal untuk mereka.
“Kesamaan Australia dan Jepang itu dari kualitas hidupnya. Misalnya, keduanya dikenal sebagai negara yang aman. Lalu dari sisi transportasi umumnya gampang dan nggak macet, kemudian kualitas udaranya bagus, sekolahnya juga bagus. Dan dari sisi pendapatan, juga tidak terpengaruh oleh kondisi geopolitik dunia,” papar Haikal.
Sebagai informasi, laporan eksklusif berjudul “Decoding Global Talent 2024: Tren Mobilitas Pekerja” ini merupakan riset yang dilakukan oleh Jobstreet selaku platform lapangan kerja.
Laporan ini bekerja sama dengan sejumlah mitra, yakni Boston Consulting Group (BCG), The Network, dan The Stepstone Group. Adapun survei untuk laporan yang dilaksanakan pada 2023, mencakup 150 ribu responden dari 188 negara, di mana 3.000 di antaranya berasal dari Indonesia. (*) Mohammad Adrianto Sukarso.