Tertekan Lonjakan Beban Bunga, Laba Bank Jateng Menyusut 37,04 Persen Jadi Rp276,64 M

Tertekan Lonjakan Beban Bunga, Laba Bank Jateng Menyusut 37,04 Persen Jadi Rp276,64 M


Jakarta – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) mencatatkan laba bersih sebesar Rp276,64 miliar di kuartal I 2024. Pencapaian itu menyusut 37,04 persen year on year (yoy), ketimbang periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp439,39 miliar.

Salah satu penyebab koreksi laba Bank Jateng yang cukup dalam adalah kenaikan beban bunga. Berdasarkan laporan keuangan publikasi, beban bunga bank yang dinakhodai Irianto Harko Saputro sebagai Plt direktur utama ini tumbuh 9,01 persen, atau menjadi Rp620,86 miliar.

Sedangkan pendapatan bunganya hanya tumbuh tipis 1,21 persen, dari Rp1,65 triliun menjadi Rp1,67 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersihnya tumbuh minus 2,78 persen, dari Rp1,08 triliun menjadi Rp1,05 triliun.

Baca juga: Laba Bank Maluku Malut Merosot Jadi Rp45,26 Miliar, Ini Faktor Penyebabnya

Bank Jateng juga mencatatkan kenaikan signifikan dari sisi beban tenaga kerja. Pos pengeluaran ini melonjak 25,79 persen, dari Rp338,77 miliar menjadi Rp426,14 miliar.

Di lain sisi, beban pencadangan atas kredit dan pembiayaan syariah juga naik 4,81 persen, atau menjadi Rp3,05 triliun. Maka tidak heran bila labanya terkoreksi cukup dalam.

Beban yang naik signfikan berimbas pada kenaikan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Jateng ke level 81,45 persen pada Maret 2024. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya di level 74,71 persen.

Namun rasio BOPO bank ini masih terbilang ideal sekaligus menunjukkan operasional berjalan cukup efisien.

Adapun dari sisi intermediasi, per Maret 2024, Bank Jateng berhasil mengucurkan kredit sebesar Rp58,02 triliun, atau tumbuh 6,30 persen secara tahunan. Sedangkan pembiayaan syariah yang disalurkan melalui UUS Bank Jateng juga tumbuh 9,59 persen, atau menjadi Rp3,54 triliun.

Kualitas aset mengalami sedikit penurun. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross tercatat meningkat dari 2,64 persen menjadi 3,70 persen. Ini pula yang membuat perseroan memumpuk pencadangan yang lebih tinggi.

Namun, sebenarnya NPL net bank ini masih sangat rendah, yakni hanya 0,19 persen.
Ekspansi kredit dan pembiayaan Bank Jateng didukung oleh likuiditas yang memadai.

Perseroan berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp68,17 triliun, tumbuh tipis 1,85 persen secara tahunan. Meski hanya tumbuh tipis, struktur DPK bank ini menunjukkan perbaikan.

Baca juga: Tumbuh 30,85 Persen, Bank Lampung Bukukan Laba Bersih Rp37,41 Miliar di Kuartal I 2024

Tabungan dan giro masing-masing tumbuh 8,77 persen dan 6,21 persen. Sedangkan deposito tumbuh minus 5,31 persen. Ini berdampak pada rasio dana murah (CASA) Bank Jateng yang meningkat menjadi 57,64 persen dari 54,43 persen di periode sama tahun sebelumnya.

Untuk menopang ekspansi kredit dan pembiayaan, Bank Jateng mempunyai dukungan likuiditas yang masih sangat longgar. Loan to deposit ratio (LDR) masih di posisi 88,86 persen, sedikit naik dari 86,34 persen di kuartal I tahun lalu.

Sedangkan rasio kecukupan modal (car adequacy ratio/CAR) ada di level 20,87 persen, jauh di atas threshold dari regulator, yakni minimal 12 persen. (*) Ari Astriawan

Related Posts

News Update

Top News